PR DEPOK – Di era digital seperti saat ini, Siber merupakan hal yang umum dan sebagian besar orang telah mengenal istilah ini.
Namun, beriringan dengan meningkatnya penggunaan Siber, keamanan seperti data yang berkaitan dengan pengguna pun menjadi sorotan.
Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari laman Instagram Diskominfo Jabar, berikut 10 mitos dan fakta seputar keamanan siber.
Baca Juga: Penyerangan Masjid di Toronto, Asosiasi Muslim Kanada: Ini Tindakan Kebencian
Pasword Sudah Pasti Aman
Pengguna beranggapan bahwa password saja sudah cukup untuk menjaga keamanan data dan peralatan. Namun, faktanya password harus dibuat kuat dan diganti secara periodik.
Selain itu, password juga harus didukung mekanisme keamanan seperti two-factor authentication, data monitoring, serta perangkat lunak keamanan seperti antivirus, firewall, enkripsi, VPN, dan backup data secara teratur.
Baca Juga: Jadwal Pertandingan Final Liga Champion 2020
Ancaman Siber dari Luar Sistem
Mitos yang diketahui pengguna adalah bahwa ancaman siber berasal dari luar sistem.
Fakta sebenarnya, kebocoran, kerusakan data atau sistem yang disebabkan oleh kesalahan pengguna lebih sulit untuk diprediksi.
Baca Juga: Cek Fakta: Dikabarkan Menyerah Akibat Masalah Ekonomi, Jokowi Minta Prabowo Selamatkan Indonesia
Wifi Aman dengan Password
Terdapat pemahaman yang salah bahwa Wi-Fi yang menggunakan password sudah pasti aman.
Pada kenyataannya, tanpa didukung VPN, pembatasan jumlah pengguna dan penggunaan password yang sama pada wifi publik bisa berisiko dieksploitasi.
Baca Juga: Cek Fakta: Terdapat Gambar Pohon Natal yang Dikabarkan Tersemat dalam Logo Provinsi Sumatra Barat
Keamanan Siber Mahal
Anggapan bahwa keamanan siber memerlukan investasi yang sangat besar merupakan mitos.
Faktanya, terdapat banyak pilihan peralatan keamanan dan taktik dengan biaya yang lebih terjangkau.
Baca Juga: Fenomena PHK dan Minim Loker Picu Lonjakan Penggangguran di AS, Saham Wall Street Kembali Melemah
Keamanan siber bisa dicapai 100 persen
Keamanan siber tidak bisa dicapai 100 persen, karena hal tersebut merupakan sesuatu yang dinamis dan dapat berubah dengan cepat setiap saat.
Perubahan tersebut dikarenakan ancaman yang dapat muncul kapan saja.
Baca Juga: Meningkatnya Pasokan dan Tingginya Data Pengangguran di AS, Harga Minyak Dunia Kembali Turun
Hacker Menyasar Perusahaan Besar
Hacker ternyata tak hanya menargetkan perusahaan besar.
Faktanya, data statistik menunjukan korban serangan siber di seluruh dunia sebagian besar merupakan sektor usaha kecil dan menengah.
Baca Juga: Jadi Rekrutan Terbaru Era Pelatih Ronald Koeman, Pedro Gonzalez Lopez Resmi Diperkenalkan Barcelona
Sektor Industri Tertentu Rawan Serangan Siber
Tak hanya sektor industri tertentu, serangan siber bisa terjadi pada semua sektor dan jenis bisnis yang memiliki informasi sensitif.
Siber Merupakan Tanggung Jawab IT
Baca Juga: 8 Lokasi Wisata yang Tawarkan Beragam Wahana Menarik, Bisa Anda Kunjungi Selama Akhir Pekan
Bagian IT bertugas membuat dan mengulas kebijakan keamanan. Sementara pelaksanaan keamanannya merupakan tanggung jawab seluruh karyawan.
Infeksi Malware Dapat Langsung Diketahui
Pada kenyataannya, infeksi malware saat ini termasuk ancaman siber terbesar yang sulit dideteksi.
Baca Juga: 4 Selebriti Dunia Berikut Dinyatakan Terinfeksi Virus Corona, Banyak yang Tak Menunjukkan Gejala
Walaupun sistem sudah terinfeksi dan data berusaha dibocorkan, malware tidak akan menunjukkan gejala apapun.
Gawai Pribadi Tidak Perlu Diamankan
Anggapan bahwa gawai pribadi tak perlu diamankan dan cukup alat kerja kantor saja merupakan mitos.
Baca Juga: Kominfo Hadirkan Beasiswa Pelatihan dan Sertifikasi Talenta Digital Gratis untuk Berbagai Bidang
Faktanya, hacker dapat melakukan penetrasi pada jaringan atau sistem kantor dengan memanfaatkan peralatan pribadi karyawan.***