"Lapisan yang banyak tersebut juga membuat nata de coco bisa memerangkap cairan. Jika ditekan, cairan tersebut akan keluar dan yang tertinggal adalah benang-benang serat yang menyerupai lembaran tipis. Lembaran tipis inilah yang diisukan atau disebut-sebut seolah-olah lembaran plastik,” tuturnya.
Baca Juga: Cek Fakta: Bajaj Bajuri Dikabarkan Sudah Prediksi Soal Corona Sejak 17 Tahun Lalu, Simak Faktanya
Sementara dalam unggahan di media sosial Facebook Gabungan Pengusaha Nata De Coco Indonesia (GAPNI), Rahmad Agus Koto dari Divisi Pendidikan dan Litbang GAPNI menjelaskan bahwa serat selulosa yang ada dalam nata de coco sama persis dengan selulosa dalam sayur dan buah.
"Bedanya selulosa nata de coco dibentuk oleh bakteri pangan melalui proses fermentasi air kelapa, sedangkan selulosa sayur dan buah dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan," ujar Rahmad.
BPOM juga menyatakan, potongan nata de coco yang awalnya lembut dan kenyal, bisa digigit putus dan menjadi sangat liat dan sulit untuk disobek apabila cairannya berkurang.
Baca Juga: Usai Viral Ucapan Remehkan Covid-19, Indira Kalistha: Gue Minta Maaf karena Ngomongnya Ngawur
BPOM memaparkan bahwa untuk melihat mutu nata de coco yang baik, bisa dilihat dari warnanya yang putih bersih, transparan, memiliki struktur kuat, tidak mudah hancur, tidak lengket, tidak berbau asam, serta tidak mengandung kotoran.
Dalam laman Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian dijelaskan, kualitas nata de coco yang baik juga ditentukan oleh beberapa elemen seperti bahan baku, penambahan sumber nitrogen, penambahan sumber karbon, starter nata, wadah fermentasi dan sanitasi.
Balitbang Kementan juga menjelaskan bahwa bahan baku pembuatan nata de coco haruslah air kelapa murni yang tidak tercampur air atau kotoran lain.
Baca Juga: Cek Fakta: Anak-anak Dikabarkan Tewas Usai Diberi Vaksin Virus Corona, Simak Faktanya