Emas Kembali Turun 10 Dolar AS di Tengah Aksi Jual Saham Global yang Ambil Untung Berlanjut

16 Juni 2020, 11:05 WIB
KARYAWAN sedang menempatkan emas batangan di brankas Bank Nasional Kazakhstan di Almaty, Kazakhstan pada Jumat 30 September 2016.* /Antara/

PR DEPOK - Harga emas yang naik turun sering dikaitkan dengan beberapa faktor. Salah satu yang paling sering dikaitkan adalah berkaitan dengan keuangan global yang tengah mengalami masalah, seperti di tengah pandemi corona saat ini.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara, kini harga emas berjangka kembali melemah pada akhir perdagangan Senin, 15 Juni 2020 atau Selasa pagi waktu Indonesia.

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, turun 10,1 dolar AS atau 0,58 persen, menjadi ditutup pada level 1.727,2 dolar AS per ons.

Baca Juga: Jawab Tudingan Gunakan Narkoba, Bintang Emon Tunjukkan Hasil Tes Urine 

Sebelumnya pada Jumat, 12 Juni 2020, emas berjangka mengalami penurunan juga sebesar 2,5 dolar AS atau 0,14 persen menjadi 1.737,30 dolar AS.

Emas berjangka naik 19,1 dolar AS atau 1,11 persen menjadi 1.739,8 dolar AS per ons pada akhir perdagangan Kamis, 11 Juni 2020.

Direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, David Meger mengatakan, "Dalam situasi risk-off (penghindaran risiko) dolar menjadi aset yang menguntungkan dan itu sangat menekan emas."

Sejak pertemuan dengan Federal Reserve AS, emas telah merangkak turun karena pasar emas tidak mendapatkan lebih banyak stimulus moneter dari The Fed, bahkan tidak ada tambahan penurunan suku bunga atau pembelian aset.

Baca Juga: Jadwal Pemadaman Listrik di Depok Hari Ini, Selasa 16 Juni 2020 

Pekan lalu, The Fed mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran target nol hingga 0,25 persen.

Sejak itu, dolar AS mulai melemah tetapi masih bertahan di dekat level tertinggi. Begitu pun dengan emas yang juga berada di bawah tekanan karena Survei Manufaktur Negara bagian New York yang dirilis pada Senin, 15 Juni 2020 menunjukkan indeks kondisi bisnis yang meningkat 48 poin menjadi negatif 0,2 pada Juni.

Para investor masih khawatir terkait kemungkinan gelombang kedua COVID-19 yang nantinya akan memberikan dukungan jangka menengah untuk logam mulia karena akan mengacaukan perekonomian, bahkan menyebabkan bank sentral bereaksi dengan stimulus sehingga meningkatkan inflasi.

Menurut analisis Saxo Bank Ole Hansen, emas juga menghadapi tekanan deflasi dalam jangka pendek.

Baca Juga: Terdakwa Kasus Novel Baswedan Ajukan Pembelaan, Kuasa Hukum Protes: 1 Tahun Penjara Terlalu Berat 

"Inflasi jatuh karena penurunan permintaan konsumen dan pembukaan kembali ekonomi yang lambat, jadi itu mengurangi permintaan untuk emas," ujar Hansen.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 9,3 sen atau 0,52 persen, menjadi 17,899 dolar AS per ons. Sedangkan untuk Platinum untuk Juli mengalami penurunan yakni 22 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi 824 dolar AS per ons.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler