Pekan lalu, The Fed mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran target nol hingga 0,25 persen.
Sejak itu, dolar AS mulai melemah tetapi masih bertahan di dekat level tertinggi. Begitu pun dengan emas yang juga berada di bawah tekanan karena Survei Manufaktur Negara bagian New York yang dirilis pada Senin, 15 Juni 2020 menunjukkan indeks kondisi bisnis yang meningkat 48 poin menjadi negatif 0,2 pada Juni.
Para investor masih khawatir terkait kemungkinan gelombang kedua COVID-19 yang nantinya akan memberikan dukungan jangka menengah untuk logam mulia karena akan mengacaukan perekonomian, bahkan menyebabkan bank sentral bereaksi dengan stimulus sehingga meningkatkan inflasi.
Menurut analisis Saxo Bank Ole Hansen, emas juga menghadapi tekanan deflasi dalam jangka pendek.
Baca Juga: Terdakwa Kasus Novel Baswedan Ajukan Pembelaan, Kuasa Hukum Protes: 1 Tahun Penjara Terlalu Berat
"Inflasi jatuh karena penurunan permintaan konsumen dan pembukaan kembali ekonomi yang lambat, jadi itu mengurangi permintaan untuk emas," ujar Hansen.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 9,3 sen atau 0,52 persen, menjadi 17,899 dolar AS per ons. Sedangkan untuk Platinum untuk Juli mengalami penurunan yakni 22 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi 824 dolar AS per ons.***