Dia menambahkan bahwa rumah sakit di negaranya hampir tidak dapat mengatasi perawatan pasien dan tawaran bantuan terus mengalir dari negara-negara Arab dan teman-teman Lebanon.
Gubernur Beirut, Marwan Abboud sempat menangis ketika dia berkeliling ke lokasi itu, berseru, "Beirut adalah kota yang hancur."
Perdana Menteri Hassan Diab bersumpah bahwa "mereka yang bertanggung jawab akan membayar (seluruh perawatan)."
Baca Juga: Oded M Danial Tanggapi Rencana Relaksasi Tempat Hiburan Malam di Bandung: Kalau Tak Siap, Cabut Lagi
Beberapa dari mereka yang terluka tergeletak di tanah di sekitar pelabuhan, kata staf Associated Press di tempat kejadian. Seorang pejabat pertahanan sipil mengatakan masih ada mayat di dalam pelabuhan tertimbun di bawah puing-puing.
Beberapa rumah sakit Beirut rusak dalam ledakan itu. Di luar Rumah Sakit Universitas St. George di lingkungan Achrafieh di Beirut, orang-orang dengan berbagai luka tiba di ambulans, dengan mobil dan berjalan kaki.
Ledakan itu telah menyebabkan kerusakan besar di dalam gedung dan mematikan jaringan listrik. Lusinan yang terluka terpaksa dirawat di jalanan di luar rumah sakit, di atas tandu, dan kursi roda.
Di luar satu rumah sakit, salah satu warga Omar Kinno duduk di trotoar, menahan air matanya. Kinno, seorang warga Suriah, mengatakan salah satu saudara perempuannya terbunuh ketika ledakan mengguncang apartemen mereka di dekat pelabuhan dan leher saudari lainnya patah.
Baca Juga: Tidak Terima Disebut Bohong, Hadi Pranoto Berjanji Tuntut Balik dan Minta Ganti Rugi Rp145 Triliun
Ibu dan ayahnya yang terluka dibawa ke rumah sakit, tetapi dia tidak tahu yang mana, dan dia menelepon petugas setempat untuk melacak mereka.