Pengakuan Mantan Tahanan Muslim Uighur di Kamp Xinjiang: Dipaksa Makan Daging Babi Setiap Hari Jumat

5 Desember 2020, 14:18 WIB
Ilustrasi anak-anak Muslim Uighur. /Pixabay/Wikilmages.

PR DEPOK - Terhitung sudah lebih dari dua tahun sejak Sayragul Sautbay dibebaskan dari kamp pendidikan ulang di wilayah paling barat Tiongkok, Xinjiang.

Namun, ibu dua anak tersebut masih mengalami mimpi buruk tentang pengalaman penghinaan dan kekerasan yang ia alami selama ditahan.

Sautbay merupakan seorang dokter sekaligus guru saat ini tinggal di Swedia. Baru-baru ini ia menerbitkan sebuah buku yang menceritakan penderitaannya, termasuk pengalamannya menyaksikan pemukulan, dugaan pelecehan seksual, dan sterilisasi paksa.

Baca Juga: Mulai Sekarang Hindari Kebiasan Tidur Dekat HP, Kemenkominfo Ungkap 4 Bahaya Jika Lakukan Hal Itu

Dalam sebuah wawancara dengan Aljazeera, ia menjelaskan bahwa lebih banyak penghinaan lain yang dialami Uighur dan minoritas Muslim lainnya, termasuk konsumsi daging babi, merupakan makanan yang dilarang dalam Islam.

"Setiap Jumat, kami dipaksa makan daging babi. Mereka sengaja memilih hari yang suci bagi umat Islam. Jika anda menolak. anda akan mendapatkan hukuman yang berat," kata Sautbay seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Aljazeera pada Sabtu, 5 Desember 2020.

Dia menambahkan bahwa kebijakan itu dirancang untuk menimbulkan rasa malu dan bersalah pada tahanan Muslim karena telah memakan hal yang dilarang dalam agama.

Baca Juga: Hasil Tes Urine Keluar, Mantan Artis Cilik IBS Dinyatakan Positif Konsumsi Metamfetamin

"Saya merasa seperti menjadi orang yang berbeda. Di sekitarku menjadi suram, sangat sulit menerimanya," ucapnya.

Kesaksian dari Sautbay tersebut memberikan indikasi tentang bagaimana Tiongkok berusaha untuk menindak Xinjiang dengan menargetkan kepercayaan budaya dan agama dari sebagian besar etnis minoritas Muslim.

Sautbay juga menjelaskan saat dirinya ditugaskan oleh pihak berwenang untuk mengajari sesama tahanan bahasa Mandarin.

Baca Juga: Ditangkap Atas Dugaan Ujaran Kebencian, Husin Shihab Ungkap Alasan Laporkan Ustaz Maaher ke Polisi

Di satu sekolah di Altay, sebuah kota di utara Xinjiang, para siswa dipaksa makan daging babi dan ketika banyak yang menolak serta melawan, maka pemerintah mengirim tentara untuk turun tangan.

Lalu, pemerintah Xinjiang juga berinisiatif memberikan makanan gratis untuk anak-anak Muslim yang berisi hidangan daging babi tanpa sepengetahuan mereka.

Menurutnya, ide pemerintah adalah dengan memulai sesuatu yang dilarang sejak mereka (orang Uighur) kecil.

Baca Juga: Soal Seruan Jihad Lewat Azan yang Tengah Viral, Polri Akui Temukan Hal Serupa di Jawa Tengah

"Tiongkok akan menggunakan taktik berbeda untuk memaksa warga Uighur dan populasi Muslim lainnya untuk memakan daging babi," ucap Sautbay.

Selain itu, antropolog Jerman dan sarjana Uighur, Andrian Zenz mengatakan bahwa pembangunan pertanian yang dilakukan pemerintah Tiongkok merupakan bagian dari kebijakan sekularisasi.

Lalu, pada 23 April 2020, kesepakatan terkait pembuatan peternakan babi baru di wilayah Kashgar selatan secara resmi ditandatangani. Peternakan itu dibuat bertujuan untuk menghasilkan 40.000 babi setiap tahunnya.

Baca Juga: PA 212 Usul Panggilan HRS Dibatalkan, Luqman Hakim: Kalau Gak Mau Diproses, Ya Jangan Melanggar!

Penandatanganan kesepakatan itu diketahui dilakukan pada hari pertama bulan Ramadhan. Kesepakatan tersebut diduga merupakan bagian dari strategi sekularisasi.

"Ini adalah bagian dari strategi sekularisasi, mengubah Uighur sekuler dan mengindoktrinasi mereka untuk mengikuti partai komunis dan menjadi agnostik atau ateis," kata Andrian Zenz.

Namun, Beijing telah membela kebijakannya di kawasan tersebut. Mereka mengatakan bahwa pendekatan itu diperlukan untuk melawan ekstremisme, separatisme, dan terorisme, menyusul kerusuhan mematikan di ibu kota kawasan Urumqi pada 2009.

Baca Juga: Singapura Akan Jadi Negara Pertama yang Konsumsi Daging Ayam Tanpa Perlu Sembelih

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa kamp yang dibuat pemerintah Tiongkok telah menahan lebih dari satu juta orang.

Beijing lalu membantah, mereka mengatakan bahwa kamp itu dibuat untuk melatih kembali populasi Uighur dan mengajari mereka keterampilan baru.

Seperti Sautbay yang mengalami pengalaman penahanan langsung, pengusaha Uighur Zumret Dawut juga menceritakan pengalamannya.

Dia dijemput pada Maret 2018 di Urumqi, kota kelahirannya. Selama dua bulan, ia mengatakan bahwa pihak berwenang meminta penjelasan terkait hubungannya dengan Pakistan, yang merupakan tanah air suaminya.

Baca Juga: Klaim Dubes RI Dipatahkan Saudi, Refly Harun: Dia Bertindak Sendiri atau Jalankan Misi Pemerintah?

Mereka juga menanyakan tentang berapa banyak anak yang dimilikinya, serta apakah mereka sudah belajar agama dan membaca al-Quran atau belum.

Dia juga mengatakan bahwa dirinya dipermalukan berulang kali hingga di suatu kesempatan wajahnya ditampar dengan kertas yang digulung setelah tidak menyenangkan interogatornya.

Selain itu, untuk pergi ke toilet, ia harus memohon pada petugas. Meski diizinkan, tetapi ia dibiarkan dengan borgolnya dan diawasi saat berada di dalam toilet.

Tak hanya itu, Dawut juga mengaku bahwa dirinya kerap disajikan daging babi berulang kali.

Baca Juga: Jokowi Kecewa Kasus Covid-19 Jateng Melonjak, Ganjar Pranowo: Kamu Nggak Usah Peduli Bully dan Caci

"Saat anda duduk di kamp konsentrasi, anda tak akan memutuskan akan makan atau tidak. Kami harus makan daging yang disajikan untuk kami agar bisa bertahan hidup," ucapnya pada Aljazeera.

Dia juga mengungkapkan bahwa dirinya dan tahanan wanita lainnya disterilkan untuk mencegah mereka memiliki banyak anak.

Menurut laporan dari kantor berita Associated Press, hal tersebut menjadi kontroversi yang menuai banyak kecaman luas.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler