Negosiasi Hasilkan 15 Rancangan Poin Perdamaian: Ukraina Keberatan, Rusia Putuskan dalam 3 Hari

17 Maret 2022, 07:55 WIB
Tim penyelamat bekerja di lokasi gudang penyimpanan produk yang terbakar setelah penembakan saat serangan Rusia di Ukraina berlanjut di Kharkiv pada 16 Maret 2022. /Stringer/Reuters

 

PR DEPOK – Ukraina dan Rusia untuk pertama kali membahas negosiasi secara penuh pada hari Senin guna mencapai perdamaian.

Ukraina dan Rusia dikabarkan membuat kemajuan yang signifikan menuju persetujuan gencatan senjata dan penarikan pasukan dengan rancangan kesepakatan 15 poin untuk perdamaian.

Beberapa poin yang dibicarakan salah satunya Rusia menuntut Ukraina untuk bersikap netral dan menerima batasan militernya.

Baca Juga: Bersikeras Susun Strategi Penyerangan Saat Dialog Damai, Vladimir Putin Disebut Penjahat Perang oleh Joe Biden

Rusia juga menuntut agar Ukraina meninggalkan ambisi bergabung dengan NATO dan berjanji untuk tidak menjadi tuan rumah pangkalan militer atau persenjataan Barat dengan imbalan perlindungan.

Ketentuan lain termasuk hak mengabadikan bahasa Rusia di Ukraina.

Sementara itu, poin yang paling menonjol adalah desakan Rusia bahwa Ukraina mengakui pencaplokan Krimea dan kemerdekaan Luhansk dan Donetsk.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Geram Menteri Perdagangan Kembali Tak Hadiri Rapat untuk Bahas Minyak Goreng Langka: Pelecehan

Vladimir Putin bersikeras bahwa seluruh Donbass harus berpisah dari Ukraina, bukan hanya bagian-bagian yang diduduki oleh pasukan pemberontak pro-Moskow sebelum pertempuran pecah.

Menanggapi tuntutan tersebut, pejabat Ukraina skeptis Vladimir Putin akan mematuhi persyaratan perjanjian.

Mereka berpendapat, Rusia mungkin sedang mengulur waktu untuk berkumpul kembali sebelum serangan lain.

Baca Juga: 3.000 Pasukan AS Siaga Usai China Niat Bantu Invasi Rusia ke Ukraina

"Ada kemungkinan ini adalah tipu daya dan ilusi. Mereka (Rusia)  berbohong tentang segalanya, penumpukan pasukan di perbatasan, dan histeria atas invasi,” ujar pembicara Ukraina seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Daily Mail.

Maka dari itu, menurutnya Ukraina harus tetap menekan Rusia.

"Kita perlu menekan mereka sampai mereka tidak punya pilihan lain," katanya.

Baca Juga: Jepang Telah Cabut Peringatan Tsunami di Miyagi dan Fukushima Akibat Gempa 7,4 SR

Sementara itu, penasihat Presiden Volodymyr Zelensky yakni Mykhailo Podolyak mengatakan kesepakatan apapun akan mencakup pemindahan pasukan Rusia dari Ukraina yang ditangkap sejak invasi dimulai.

Meskipun tanda-tanda positif, Ukraina hari ini menolak rencana Rusia untuk menjadi netral seperti Swedia atau Austria.

Pasalnya, kesepakatan apapun perlu menyertakan jaminan keamanan yang ditanggung oleh mitra internasional yang akan setuju untuk membela Ukraina jika diserang lagi.

Baca Juga: Link dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 24, Lengkap dengan Persyaratan Pendaftar

Podolyak mengatakan komunitas internasional tidak dapat dibiarkan meninggalkan serangan terhadap Ukraina jika pertempuran dimulai kembali.

Di sisi lain, Rusia mengatakan, penyelesaian yang diusulkan dapat memberi kedua belah pihak cara untuk mendeklarasikan kemenangan.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa netralitas menjadi pusat perhatian dengan Moskow dan Ukraina hampir menyetujui kata-kata dari sebuah perjanjian.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Soal Perang Hari ke-20 Rusia-Ukraina hingga Fuji Banyak Pikiran Sejak Pacaran dengan Thariq

Menyimpulkan pembicaraan damai dari pihak Rusia, seorang pejabat senior mengatakan ada peluang kecil untuk resolusi damai.

“Sesuatu akan diputuskan dalam tiga hari ke depan hingga seminggu,” ujarnya.

Sumber senior Rusia lainnya mengatakan Vladimir Putin bersedia mempertimbangkan perdamaian  dengan persyaratan yang ditentukan Rusia.

Baca Juga: Cara Berhasil Unggah Verifikasi Foto KTP dan Swafoto untuk Daftar Kartu Prakerja Gelombang 24

Sementara itu, intelijen Inggris dan Amerika mengingatkan bahwa Rusia ingin memindahkan bala bantuan ke garis depan untuk membebaskan pasukan tempur untuk serangan baru.

Untuk diketahui, Rusia dan Ukraina telah mengadakan beberapa putaran negosiasi yang bertujuan untuk menemukan titik temu dan menghentikan permusuhan yang diluncurkan oleh pemimpin Rusia Vladimir Putin pada akhir Februari.

Pertarungan terakhir berakhir Selasa malam dengan Kyiv menunjuk pada kontradiksi mendasar dalam sudut pandang delegasi.

Baca Juga: Gempa M 7,3 Guncang Fukushima Jepang Sebabkan Peringatan Tsunami, Ingatkan Tragedi 11 Tahun Lalu

Kedua belah pihak sebelumnya telah meningkatkan harapan akan terobosan mengacu pada kesepakatan yang hampir dibuat dan ditandatangani meskipun sulit.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler