Tindakan yang dilakukan tersebut merupakan bagian dari tanggapan Prancis terhadap dua serangan mengerikan yang sebelumnya menyerang negara tersebut yaitu pemenggalan kepala guru yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad pada murid-muridnya serta pembunuhan tiga orang di sebuah gereja di Nice.
Dalam pernyataan Darmanin tersebut, ia tak mengungkapkan tempat ibadah apa yang akan diperiksa. Namun berdasarkan yang dilihat oleh kantor berita AFP, dalam catatan yang Darmanin kirimkan ke kepala keamanan regional, ia mencantumkan 16 alamat di wilayah Paris dan 60 lainnya di seluruh negeri.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Jumat, 4 Desember 2020: Sagitarius Coba Beri Orang-orang Cinta yang Mereka Butuhkan
Menteri Luar Negeri Prancis tersebut mengungkapkan bahwa faktanya hanya sebagian kecil dari 2.600 tempat ibadah Muslim di Prancis yang diduga menjajakan teori-teori radikal.
"Hampir semua Muslim di Prancis menghormati hukum Republik dan terluka karenanya," katanya.
Sebelumnya pada bulan Oktober, Macron menyusun rencana untuk mengatasi separatisme Islam.
Baca Juga: Lewat Program Refocusing, DPR Sebut Joko Widodo Alihkan Dana Desa untuk Penanganan Covid-19
Padahal Prancis adalah rumah bagi populasi minoritas Muslim terbesar di Eropa, dan beberapa bahkan takut dihukum secara kolektif setelah serangkaian serangan dalam beberapa bulan terakhir.
Pada 20 Oktober, akibat dari pemenggalan guru yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad, Prancis memerintahkan untuk menutup sementara sebuah masjid di luar Paris.
Lalu, Prancis juga telah menutup dua organisasi amal Muslim yaitu Barakacity dan Collective Against Islamophobia in France (CCIF). Keduanya diketahui membantah tuduhan pemerintah bahwa mereka menyembunyikan hubungan 'radikal'.