Perangi Separatisme yang Ancam Keamanan, Prancis Targetkan 76 Masjid dan Mendeportasi 66 Migran

- 4 Desember 2020, 10:16 WIB
Ilustrasi Menara Eiffel, Prancis.
Ilustrasi Menara Eiffel, Prancis. /Pixabay/Walkerssk.

PR DEPOK - Menanggapi sejumlah serangan mematikan yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Emmanuel Macron berjanji akan menindak apa yang dikatakan Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin sebagai musuh yang berada di dalam negara.

Darmanin sebelumnya mengatakan dari 2.600 lebih tempat ibadah Muslim, 76 masjid di antaranya telah ditandai sebagai kemungkinan ancaman terhadap nilai-nilai Republik Prancis dan keamanannya.

"Ada di beberapa daerah terkonsentrasi tempat ibadah yang jelas anti-Republik dimana imam diikuti oleh badan intelijen dan di mana wacana mereka bertentangan dengan nilai-nilai kita," kata Darmanin seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera pada Jumat, 4 Desember 2020.

Baca Juga: Singapura Akan Jadi Negara Pertama yang Konsumsi Daging Ayam Tanpa Perlu Sembelih

Oleh karena itu, Pemerintah Prancis melakukan tindakan besar yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu memerangi ekstremisme agama dengan menargetkan 76 masjid yang dicurigai sebagai separatisme.

Hal tersebut disampaikan oleh Darmanin dalam unggahan di Twitternya yang merupakan hasil wawancaranya dengan radio RTL.

"Dalam beberapa hari mendatang, pemeriksaan akan dilakukan di tempat-tempat ibadah ini. Jika keraguan ini dikonfirmasi, saya akan meminta penutupannya," ucapnya pada Kamis, 3 November 2020.

Baca Juga: Yakini Covid-19 Buatan Manusia, Bossman Mardigu: Bagi Gua, Ini Adalah untuk Kontrol Dunia

Tak hanya itu, dia juga menyebutkan bahwa terdapat 66 migran tak berdokumen yang diduga melakukan radikalisasi dan diketahui telah dideportasi.

Tindakan yang dilakukan tersebut merupakan bagian dari tanggapan Prancis terhadap dua serangan mengerikan yang sebelumnya menyerang negara tersebut yaitu pemenggalan kepala guru yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad pada murid-muridnya serta pembunuhan tiga orang di sebuah gereja di Nice.

Dalam pernyataan Darmanin tersebut, ia tak mengungkapkan tempat ibadah apa yang akan diperiksa. Namun berdasarkan yang dilihat oleh kantor berita AFP, dalam catatan yang Darmanin kirimkan ke kepala keamanan regional, ia mencantumkan 16 alamat di wilayah Paris dan 60 lainnya di seluruh negeri.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Jumat, 4 Desember 2020: Sagitarius Coba Beri Orang-orang Cinta yang Mereka Butuhkan

Menteri Luar Negeri Prancis tersebut mengungkapkan bahwa faktanya hanya sebagian kecil dari 2.600 tempat ibadah Muslim di Prancis yang diduga menjajakan teori-teori radikal.

"Hampir semua Muslim di Prancis menghormati hukum Republik dan terluka karenanya," katanya.

Sebelumnya pada bulan Oktober, Macron menyusun rencana untuk mengatasi separatisme Islam.

Baca Juga: Lewat Program Refocusing, DPR Sebut Joko Widodo Alihkan Dana Desa untuk Penanganan Covid-19

Padahal Prancis adalah rumah bagi populasi minoritas Muslim terbesar di Eropa, dan beberapa bahkan takut dihukum secara kolektif setelah serangkaian serangan dalam beberapa bulan terakhir.

Pada 20 Oktober, akibat dari pemenggalan guru yang menampilkan karikatur Nabi Muhammad, Prancis memerintahkan untuk menutup sementara sebuah masjid di luar Paris.

Lalu, Prancis juga telah menutup dua organisasi amal Muslim yaitu Barakacity dan Collective Against Islamophobia in France (CCIF). Keduanya diketahui membantah tuduhan pemerintah bahwa mereka menyembunyikan hubungan 'radikal'.

Baca Juga: Sebut Anies Positif Covid-19 sebagai Hal Baik, Mardigu: Mereka Punya Power untuk Sudahi Pandemi Ini

Tindakan keras pemerintah tersebut sudah membuat beberapa Muslim merasa semakin terasing di negara mereka sendiri.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah