"Kombinasi tersebut muncul dari hasil pertarungan antara dua benteng sayap kanan. Itu bukan perjuangan antara kelompok pro dan anti-perdamaian," kata Diliani seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Vocket pada Jumat, 4 Juni 2021.
Dengan fakta tersebut, siapapun yang menang dari kedua benteng sayap tersebut, maka tetap tak memberikan pengaruh apapun pada Palestina.
Baca Juga: Garuda Dililit Utang hingga Rp70 Triliun, LaNyalla: Tawarkan Pensiun Dini, Bukan PHK Karyawan
"Jadi bagi kami, mengganti satu pemerintahan rasis dengan yang lain tak jauh berbeda. Meskipun kami senang melihat Netanyahu pergi, tapi kami tetap takkan menyambut Bennet," ucapnya melanjutkan.
Serupa dengan Diliani, kelompok Islam yang menguasai Jalur Gaza, Hamas juga menyatakan bahwa siapapun pemimpin Israel, tetap tidak akan berpengaruh apapun pada Palestina.
Juru Bicara Hamas, Hazem Qassem mengungkapkan bahwa Palestina sudah menyaksikan berulang kali perubahan pemerintahan Israel sepanjang sejarah.
Dari mulai pihak kanan, kiri dan tengah, menurutnya semuanya tetap mengambil sikap brutal apabila terkait dengan hak-hak rakyat Palestina.
Sebagai informasi, Naftali Bennet merupakan politisi yang berasal dari partai Kanan Baru atau Yamina, dimana sikap para partai politik di Yerussalem selalu mendukung Israel.
Bahkan mereka berpegang teguh pada pernyataan bahwa tanah yang sering direbut oleh orang Yahudi dan Arab akan selalu menjadi milik Israel.