PR DEPOK - Utusan utama nuklir Jepang, AS, dan Korea Selatan telah bertemu di Tokyo guna membahas bagaimana mengendalikan program rudal dan nuklir Korea Utara.
Pertemuan Jepang, AS, dan Korea Selatan ini terjadi selang sehari ketika Pyongyang mengklaim pihaknya telah berhasil melakukan uji coba peluncuran terbaru rudal jarak jauh.
"Perkembangan terakhir di Korea Utara adalah pengingat akan pentingnya komunikasi dan kerja sama yang erat dari ketiga negara," kata Sung Kim, utusan khusus AS untuk Korea Utara dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.
Dikabarkan Jepang, AS, dan Korea Selatan telah membahas cara untuk memecahkan kebuntuan dengan Korea Utara mengenai senjata nuklir dan program balistiknya.
Dalam pertemuan dengan mitranya Takehiro Funakoshi dari Jepang dan Noh Kyu-duk dari Korea Selatan, Sung Kim mengatakan Washington tetap terbuka untuk diplomasi dalam menangani masalah Korea Utara.
Gedung Putih mengungkapkan pihaknya masih bersedia untuk terlibat dengan Pyongyang meskipun uji coba rudal baru-baru ini.
Sementari itu, pemerintahan Joe Biden belum menunjukkan kesediaannya untuk melonggarkan sanksi kepada Korea Utara.
Sebelumnya, media pemerintah Korea Utara mengumumkan apa yang dikatakannya sebagai uji coba yang berhasil atas peluncuran terbaru rudal jelajah jarak jauh.
Korea Utara mengatakan bahwa rudal jelajah jarak jauh, yang telah dikembangkan selama dua tahun, berhasil mencapai target 1.500 kilometer sebelum jatuh ke perairan teritorial Korea Utara.
Korea Utara memuji senjata barunya sebagai “senjata strategis yang sangat penting,” yang memenuhi panggilan pemimpin Kim Jong Un untuk memperkuat kekuatan militer negara tersebut.
Sementara menurut para analisis, rudal tersebut bisa menjadi senjata pertama pemerintahan Kim Jong Un dengan kemampuan nuklir.
“Ini akan menjadi rudal jelajah pertama di Korea Utara yang secara eksplisit ditunjuk sebagai peran ‘strategis’,” kata Ankit Panda, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.
“Rudal jelajah jarak jauh ini adalah eufemisme umum untuk sistem berkemampuan nuklir,” tuturnya menambahkan.
Pyongyang mengatakan belum melihat tanda-tanda perubahan kebijakan dari AS, mengutip isu-isu seperti sanksi serta latihan militer bersama dengan Korea Selatan, yang dikatakan sebagai persiapan perang.
Sementara Washington adalah sekutu dekat militer dan ekonomi Jepang dan Korea Selatan, hubungan antara tetangga Asia sering tegang karena masalah termasuk sengketa kedaulatan.***