Menurutnya, warga Afghanistan kerap mempertanyakan kapan datangnya bantuan-bantuan kemanusaiaan.
Baca Juga: Geliat Vaksinasi di Jakarta Berada di Tren Positif, Anies Baswedan Sebut DKI Sudah Hijau
Untuk diketahui, beberapa minggu setelah penerbangan Selandia Baru meninggalkan Afghanistan , warga Afghanistan yang bekerja untuk NZDF merasa putus asa, karena tidak mendengar informasi terkait kemungkinan ekstraksi dari pemerintah Selandia Baru.
Selandia Baru meninggalkan sekitar 400 orang di Afghanistan, termasuk 43 keluarga, berjumlah sekitar 200 orang, yang bekerja untuk NZDF dan proyek-proyek pemerintah, termasuk sebagai juru bahasa, buruh atau karyawan.
Mereka yang tertinggal merasa takut akan pembalasan Taliban , meski sudah menerima visa evakuasi darurat karena hubungan mereka dengan Selandia Baru.
Akan tetapi, ketika penerbangan evakuasi Selandia Baru saat itu, tidak ada satupun dari kelompok itu yang naik.
“Mereka tidak pernah menghubungi kami. Tidak ada dari kami yang dievakuasi. Meskipun perdana menteri mengatakan, 'kami memprioritaskan ... keluarga yang memiliki kontak langsung dengan tim rekonstruksi provinsi Selandia Baru,” ujarnya.
Sejauh ini, sebagian dari kelompok ini menerima kabar dari wartawan dan advokat yang berbasis di Selandia Baru, bahwa tidak ada yang datang untuk mereka setelah pesawat terakhir pergi.
Sementara itu, Sayed mengaku baru menerima satu email seminggu kemudian, yang memberitahukan bahwa operasi evakuasi sudah berakhir.