Tak Andalkan AS Atasi Teror ISIS di Afghanistan, Taliban: Kami Bisa Bertindak secara Independen

- 11 Oktober 2021, 08:55 WIB
Seorang anggota pasukan Taliban berjaga di lokasi bom bunuh diri yang diduga dilakukan afiliasi ISIS di Kabul, Afghanistan, pada 4 Oktober 2021.
Seorang anggota pasukan Taliban berjaga di lokasi bom bunuh diri yang diduga dilakukan afiliasi ISIS di Kabul, Afghanistan, pada 4 Oktober 2021. /Reuters

PR DEPOK – Pejabat senior Taliban dan perwakilan Amerika Serikat (AS) baru saja bertemu pada Sabtu dan Minggu di Doha, Ibu Kota Qatar, guna membahas persoalan di Afghanistan.

Taliban dan AS membahas cara mengatasi tekanan kelompok ekstremis seperti afiliasi ISIS di Afghanistan, termasuk evakuasi warga asing dan warga Afghanistan dari negara itu.

Terkait evakuasi, Taliban telah mengisyaratkan fleksibilitas, tetapi tidak akan bekerja sama dengan AS dalam menekan kelompok afiliasi ISIS di Afghanistan.

Baca Juga: Cerita Lee Seung Gi Mengenai Kesehatan Mental yang Dialaminya

Akan tetapi, dalam membendung kelompok Negara Islam yang semakin aktif di Afghanistan, juru bicara politik Taliban Suhail Shaheen memastikan, pihaknya tidak akan ada kerja sama dengan AS.

“Kami dapat menangani Daesh secara independen,” kata Shaheen seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian.

Adapun ISIS bertanggung jawab atas sejumlah serangan baru-baru ini, termasuk bom bunuh diri pada hari Jumat yang menewaskan 46 Muslim Syiah dan melukai puluhan lainnya saat mereka salat di sebuah masjid di kota utara Kunduz.

Baca Juga: Prabowo Subianto Dipastikan akan Maju di Pilpres 2024, Partai Gerindra Ungkapkan Alasan Utamanya

Berdasarkan catatan, ISIS telah melakukan serangan tanpa henti terhadap populasi minoritas Syiah di negara itu sejak muncul di Afghanistan timur pada tahun 2014.

ISIS juga dipandang sebagai kelompok teror yang menimbulkan ancaman terbesar bagi AS karena potensinya untuk melancarkan serangan terhadap target-target Amerika.

Sementara itu, Pemerintah AS telah mengajukan pertanyaan dan keluhan tentang lambatnya evakuasi yang difasilitasi AS dari Afghanistan yang dikuasai Taliban.

Dalam pertemuan itu, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan pada Kamis bahwa 105 warga AS dan 95 pemegang kartu hijau telah pergi sejak itu dengan penerbangan yang difasilitasi oleh AS. Jumlah itu tidak berubah selama lebih dari seminggu.

Baca Juga: Kecelakaan Pesawat di Rusia Telah Menewaskan Setidaknya 16 Penerjun Payung

AS juga bermaksud untuk menekan Taliban untuk mematuhi hak-hak perempuan dan anak perempuan.

Pasalnya, dilaporkan bahwa hak perempuan dibatasi oleh Taliban untuk kembali ke pekerjaan dan ruang kelas, dan warga Afghanistan pada umumnya, dan untuk membentuk pemerintahan yang inklusif.

Selain itu, para pejabat AS mendorong para pejabat Taliban untuk memberikan badan-badan kemanusiaan akses gratis ke daerah-daerah yang membutuhkan di tengah pergolakan ekonomi setelah kepergian AS dan pengambilalihan Taliban.

Baca Juga: Sebut Piala Dunia 2022 di Qatar Bisa Jadi Laga Terakhir dalam Kariernya, Neymar Ungkap Alasan Berikut

Untuk diketahui, pertemuan akhir pekan di Doha adalah yang pertama sejak pasukan AS menarik diri dari Afghanistan pada akhir Agustus.

Meski demikian, AS telah menjelaskan bahwa pembicaraan itu bukan pembukaan untuk pengakuan terhadap Taliban.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x