PR DEPOK - Tepat di hari uji coba peluncuran rudal pertama di tahun 2022 oleh Korea Utara, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in tengah berada di kota perbatasan kedua neagara yakni Goseong.
Saat itu, Moon Jae-in menghadiri upacara peletakan batu pertama jalur kereta api yang diharapkan bisa kembali menghubungkan semenanjung Korea di masa mendatang.
Khawatir peluncuran rudal yang terjadi pada 5 Januari 2022 berisiko memicu destabilisasi hubungan Korea Utara dan Selatan, Moon Jae-in menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menyerah untuk melanjutkan dialog perdamaian.
Menurutnya, hanya dialog yang bisa mengatasi situasi tersebut.
"Jika Korea Utara dan Selatan bekerja sama dan saling menumbuhkan kepercayaan, maka perdamaian akan tercapai suatu hari nanti," ujar Moon Jae-in dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera.
Sejak menjabat lima tahun lalu, Moon Jae-in telah melakukan sejumlah upaya yang belum pernah dilakukan pemimpin sebelumnya dengan berdialog bersama Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Kedua pemimpin Korea itu mengadakan pertemuan sebanyak tiga kali pada tahun 2018.
Keduanya mulai menjajaki upaya berakhirnya Perang Korea melalui perjanjian damai, bukan gencatan senjata seperti yang disepakati sejak tahun 1953.
Namun, dialog dan negosiasi yang berhasil membongkar persenjataan nuklir Pyongyang itu terhenti pada 2019 saat pertemuan puncak antara Kim Jong Un dan Presiden AS kala itu Donald Trump di Hanoi Vietnam gagal.
Baca Juga: Luhut Sebut Pembangunan Kereta Cepat Kian Rumit, Cipta Panca Beri Tanggapan Begini
Sejak saat itu, Kim Jong Un menolak tawaran untuk bertemu perwakilan resmi yang diutus oleh Donald Trump guna melanjutkan pembicaraan damai antara Korea Utara dan Selatan.
Selama beberapa bulan terakhir, Moon Jae-in giat berupaya memulai kembali dialog damai dengan melobi Amerika Serikat dan China untuk mendukung berakhirnya perang.
Bahkan dalam pidatonya di Majelis Umum PBB beberapa waktu lalu, Moon Jae-in berharap agar semua partai besar yang terlibat dalam konflik menyetujui denuklirisasi untuk mendukung perdamaian Korea secara total.
Meski usulan Moon Jae-in tersebut didukung oleg sebagian besar masyarakat Korea Selatan, sebagian ahli khawatir perdamaian total itu bisa merusak aliansi pertahanan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Sementara itu, direktur eksekutif kelompok advokasi Women Cross DMZ Christine Ahn mengatakan Perang Korea bisa berakhir dan kedua negara berpeluang untuk menyepakati perjanjian damai, tidak hanya menyetujui gencatana senjata.
Bahkan menurutnya, memang sudah waktunya Korea Utara dan Selatan berdamai serta menghilangkan permusuhan.
Untuk itu, Ahn menyarankan agar semua negara yang terlibat konflik mulai menggelar dialog, menumbuhkan kepercayaan, dan mewujudkan upaya-upaya damai yang terbaik bagi kedua negara.
Baca Juga: Hanya Siapkan KTP, Begini Cara Dapatkan Bantuan Set Top Box atau STB Gratis dari Kominfo
Tetapi agar efektif, deklarasi damai harus disertai perubahan kebijakan Amerika Serikat serta komitmen semua pihak untuk menghilangkan permusuhan.
Perubahan kebijakan yang dimaksud antara lain mengurangi latihan militer antara Amerika Serikat dan Korea Selatan, mencabut larangan perjalanan Amerika Serikat terhadap Korea Utara, hingga mengizinkan reuni keluarga seperti yang terjadi pada 2018 lalu.
Ahn menyarankan agar dialog deklarasi berakhirnya perang bisa dimulai dengan melanjutkan negosiasi yang terhenti di Hanoi hingga memulai proses perlucutan senjata Korea Utara.***