“Dia memiliki hati yang lembut, dan dia melakukan segala sesuatu tanpa pamrih.
"Jika ada kesusahan sekecil apapun yang menimpa orang lain, dia pun merasakannya dan ingin membantu orang yang kesusahan itu, entah secara finansial, entah dengan memberi saran, ataupun hanya berbicara,” tutur Salama.
Mengetahui bahwa pemerintah akan mengadakan upacara penghormatan para korban tepat setahun setelah penembakan, Salama justru merasa kurang nyaman.
Baca Juga: Demi Cegah Penyebaran Virus Corona, Seluruh Perusahaan di Depok Wajib Sediakan Hand Sanitizer
“Kami tahu maksud mereka baik. Pemerintah ingin berbuat sesuatu, dan kami yang mengikutinya berusaha menghargai usaha itu. Namun bagi kami, pertanyaannya apakah kami menginginkan ini? Tidak. Apakah usaha itu membantu kami? Tidak.
"Justru usaha pemerintah ini hanya mengingatkan kami tentang banyak hal. Dan kami merasa tertekan karenanya,” ujar Salama.
Penembakan yang terjadi setahun lalu itu menewaskan 42 orang di Masjid Al Noor dan membuat komunitas Muslim Selandia Baru jadi sorotan media.
Meski hampir setahun berlalu, komunitas Muslim Selandia Baru masih merasa tegang dan berduka.***