Sementara itu, laporan The Washington Post terkait asal usul virus corona dari laboratorium P4 menyoroti adanya potensi dari staf yang masih training, manajemen yang lemah, dan kegagalan keselamatan kerja lainnya, termasuk pembuatan limbah laboratorium.
Baca Juga: Jokowi Larang Warga Mudik, Wali Kota Depok Tagih Kejelasan Aturannya
"Ada dugaan umum dan spesifik tentang standar keamanan hayati yang buruk, dan praktik pembuangan hewan penelitian yang perlu dipertanyakan," kata Filippa Lentzos, seorang peneliti di biosecurity London.
Beijing membuat undang-undang baru tentang keamanan hayati pada Februari lalu. Menurut Lentzos, adanya aturan tersebut membuktikan bahwa pedoman laboratorium sangat dibutuhkan.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat juga memiliki pengaman saat 2014 silam, mereka meneliti Ebola, antraks, dan flu burung yang mematikan.
Baca Juga: Tanggapi Keputusan Belva Devara, DPR: Orang Berkata, Ia Mundur untuk Maju Triliunan Rupiah
Jika kembali ke tahun 2004, perlu diingat bahwa WHO sempat mencatat adanya dua pelanggaran di laboratorium Institut Virologi Beijing.
Pelanggaran tersebut juga sempat dihubungkan sebagai kemungkinan penyebab dari wabah SARS.
Dari banyaknya spekulasi berbagai ahli tentang asal-muasal virus corona, Pei Yong Shi, ahli virologi dari University of Texas mengatakan bahwa virus bisa menjadi pedang bermata dua karena sering menarik teori konspirasi.
Baca Juga: Cek Fakta: Kabar Polri Akan Gelar Operasi Ketupat untuk Sambut Mudik 2020, Simak Faktanya