Kabar Baik dari Vaksin Covid-19, Penelitian Universitas Oxford Tunjukkan Hasil Baik pada Monyet

- 16 Mei 2020, 10:55 WIB
ILUSTRASI monyet
ILUSTRASI monyet //pexels/Andre Mouton

PIKIRAN RAKYAT - Secercah harapan penemuan untuk vaksin Covid-19 sedikit muncul setelah vaksin yang dikembangkan di Inggris menunjukkan tanda-tanda yang menjanjikan dalam percobaannya kepada monyet.

Eksperimental Universitas Oxford dikabarkan memperkuat sistem kekebalan pada enam rhesus kera tanpa menimbulkan efek samping.

Dalam 28 hari setelah vaksinasi, semua hewan memiliki antibodi Covid-19 - diproduksi oleh tubuh untuk memberinya kekebalan dari virus.

Para peneliti mengatakan primata tersebut mampu melawan virus sebelum menembus jauh ke dalam paru-paru mereka, di mana hal itu bisa mematikan.

Baca Juga: Organisasi Internasional Desak Pemangku Kebijakan Bebaskan Hak Paten Vaksin Corona Berbiaya Murah

Dilansir Daily Mail, Sabtu 16 Mei 2020, hasil yang menjajikan datang saat uji coba manusia terhadap vaksin Universitas Oxford sudah berlangsung, dengan hasil yang diharapkan dalam waktu beberapa bulan.

Para ilmuwan dalam studi ini menggambarkan temuan tersebut sebagai suatu hal yang menggembirakan, akan tetapi diperingatkan hal itu masih belum menjamin hasil yang sama pada manusia.

Mereka menemukan dosis vaksinasi tunggal juga efektif dalam mencegah kerusakan paru-paru dalam studi pada monyet dan tikus.

Beberapa hewan menunjukkan antibodi terhadap virus dalam waktu dua minggu, tetapi semuanya memiliki molekul yang melawan virus dalam 28 hari.

Baca Juga: Cek Fakta: Peneliti Tiongkok Dikabarkan Ditembak Mati Terkait Temuannya Soal Corona, Simak Faktanya 

Para peneliti menemukan viral load dalam sistem pernapasan bawah berkurang secara signifikan pada hewan yang diberikan vaksin.

Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari suntikan tersebut bisa mencegah penyakit berkembang biak dan meyebar jauh di paru-paru.

Stephen Evans, seorang ahli epidemiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan hasilnya adalah kabar baik yang "sangat pasti".

Dia mengatakan: "Temuan paling penting bagi saya adalah kombinasi kemanjuran yang cukup besar dalam hal viral load dan pneumonia berikutnya. Akan tetapi tidak ada bukti penyakit yang ditingkatkan kekebalan tubuh."

Baca Juga: Sempat Viral karena Bertarung Nyawa, Penduduk 'Desa Tebing' Direlokasi ke Tempat yang Lebih Layak 

"Yang terakhir telah menjadi perhatian untuk vaksin secara umum, misalnya dengan vaksin melawan virus syncytial respirasi (RSV) dan untuk vaksin SARS. Ini adalah kepedulian teoritis yang pasti untuk vaksin terhadap SARS CoV-2 dan tidak menemukan bukti untuk itu dalam penelitian ini sangat menggembirakan," ujar Evans.

Sementara itu, Dr Penny Ward, profesor obat-obatan farmasi di King's College London, mengatakan hasil ini mendukung uji klinis vaksin yang sedang berlangsung pada manusia yang hasilnya ditunggu-tunggu.

Penelitian ini belum diterbitkan dalam jurnal ilmiah atau diteliti oleh ilmuwan lain.

Baca Juga: 2 Kali Tak Penuhi Panggilan dengan Alasan PSBB, Said Didu Jalani Pemeriksaan di Panggilan Ketiga 

Mengembangkan vaksinasi biasanya memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, tetapi para peneliti di seluruh dunia berlomba menuju percobaan manusia - termasuk dua tim di Inggris.

Mereka mengatakan prosesnya menjadi lebih mudah karena virusnya tidak bermutasi dan mirip dengan vaksin virus lain yang terlihat di masa lalu.

Para peneliti di Universitas Oxford, memulai uji coba kepada manusia pada bulan lalu, sementara tim dari Imperial College London akan mulai mengui lab pada manusia pada bulan Juni mendatang.

Sementara vaksin Oxford akan mencoba untuk merangsang sistem kekebalan tubuh menggunakan virus flu biasa yang diambil dari simpanse. Para peneliti di Imperial menggunakan tetesan cairan untuk membawa bahan genetik yang mereka butuhkan untuk masuk ke aliran darah.

Baca Juga: Kucing Dikabarkan Dapat Tularkan Covid-19 ke Sesama, Begini Penjelasan Tim Peneliti 

Keduanya kemudian akan bekerja secara teori dengan menciptakan kembali bagian-bagian dari virus corona di dalam pasien dan memaksa sistem kekebalan tubuh mereka untuk belajar bagaimana melawannya.

Vaksin Oxford, yang dikenal sebagai ChAdOx1 nCoV-19 akan diuji coba kepada 510 orang dari 1.112, yang semuanya berusia 18 hingga 55 tahun.

Profesor Sir John Bell, profesor kedokteran di Universitas Oxford, mengatakan bahwa ratusan orang telah divaksinasi dan hasilnya diharapkan keluar pada bulan Juni.

Pria berusia 67 tahun itu mengatakan bahwa tantangannya sekarang adalah untuk dapat memproduksi dalam skala setelah disetujui oleh regulator.

Baca Juga: Tanggapi Mahalnya Iuran BPJS Kesehatan, DPR: Rakyat Tidak Akan Cerdas, Jika Kesehatan Terganggu 

Pada bulan lalu, tim peneliti di Oxford mulai menguji vaksin Covid-19 pada sukarelawan manusia. Setengah dari jumlah ini akan menerima kandidat vaksin dan setengah lainnya akan menerima vaksin meningitis yang tersedia secara luas.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x