Tingkatkan Risiko Kematian, Obat Malaria yang Dikonsumsi Donald Trump Tidak Efektif Cegah Corona

- 23 Mei 2020, 16:02 WIB
OBAT antimalaria berupa hidroklorokuin dan turunannya ternyata tak berpengaruh pada pasien COVID-19, malahan meningkatkan risiko kematian.*
OBAT antimalaria berupa hidroklorokuin dan turunannya ternyata tak berpengaruh pada pasien COVID-19, malahan meningkatkan risiko kematian.* /pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa waktu lalu menyatakan bahwa dirinya rutin mengonsumsi hydroxychloroquine atau obat antimalaria untuk menangkal virus corona.

Namun sebuah studi ternyata mengungkapkan bahwa sebenarnya obat yang dia konsumsi tersebut justru meningkatkan risiko kematian untuk pasien COVID-19.

Kajian yang dimuat jurnal ilmiah Lancet yang melibatkan 90.000 pasien COVID-19 dan 15.000 di antaranya diberikan hydroxychloroquine, baik sebagai obat tunggal maupun dengan didampingi antibiotik.

Baca Juga: Digelar 5 Juli 2020, Simak Perubahan Konsep Pelaksanaan UTBK 2020 di Tengah Pandemi 

Hasil kajian menyebutkan, pasien-pasien yang besar kemungkinan meninggal di rumah sakit dan mengalami komplikasi detak jantung adalah mereka yang mengonsumsi hydroxychloroquine.

Melansir dari BBC, hydroxychloroquine aman bagi pasien malaria, pasien lupus atau arthritis, namun tidak ada uji klinis yang merekomendasikan hydroxychloroquine bagi pasien yang terjangkit virus corona.

Tingkat kematian antara kelompok pasien COVID-19 sebagai berikut: hydroxychloroquine 18 persen; chloroquine 16,4 persen; dan pasien-pasien yang tidak mengonsumsi hydroxychloroquine serta chloroquine 9 persen.

Adapun pasien yang diberikan hydroxychloroquine atau chloroquine yang digabungkan dengan antibiotik, tingkat kematian mereka bahkan lebih tinggi.

Baca Juga: Diisolasi Selama 63 Hari, Pasien Corona Pertama di Sumedang Sembuh dan Dilepas Langsung oleh Bupati 

Para peneliti memperingatkan bahwa hydroxychloroquine sebaiknya tidak diberikan di luar uji klinis.

Sebelumnya, Donald Trump mengatakan dirinya belum dites untuk COVID-19 dan dia berpikir bahwa dengan mengonsumsi hydroxychloroquine akan memberikan manfaat yang positif.

Ketika ditanya mengenai kajian yang dimuat jurnal Lancet ini, Koordinator Gugus Tugas Gedung Putih Penanganan COVID-19, Dr Deborah Birx mengatakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah "sangat jelas" mengenai kerisauan penggunaan hydroxychloroquine sebagai obat pencegahan virus corona atau perawatan pasien COVID-19.

Dr Marcos Espinal, direktur Organisasi Kesehatan Pan American - bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa tidak ada uji klinis yang pernah merekomendasikan hydroxychloroquine sebagai obat penanganan pasien COVID-19.

Baca Juga: Usai Viral karena Lelang Keperawanan, Sarah Kheil Menangis Minta Maaf 

Diberitakan sebelumnya oleh Pikiranrakyat-Depok.com, Donald Trump mengatakan bahwa dia mengonsumsi hydroxychloroquine sudah hampir satu minggu.

Sementara, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), mengatakan tidak ada bukti obat-obatan atau jenis terapi yang bisa mencegah atau menangani COVID-19.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) bulan lalu merilis arahan bahwa hydroxychloroquine tidak tampak aman dan tidak efektif.

FDA mengutip sejumlah laporan bahwa obat tersebut bisa menyebabkan masalah ritme jantung pada pasien-pasien COVID-19.

Baca Juga: Masjid Istiqlal Akan Gelar Takbiran Virtual yang Diikuti Wapres Disiarkan di TVRI 

Lembaga itu mewanti-wanti agar obat tersebut tidak digunakan di luar rumah sakit.

Izin telah dikeluarkan untuk penggunaan sementara jika uji klinis tidak bisa dilakukan.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: BBC


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x