Baca Juga: Prabowo Subianto Akui Banggakan Penampilan Gibran saat Debat, Optimis Wujudkan Visi Indonesia Emas
Namun, administrasi Presiden AS Joe Biden semakin kritis terhadap jumlah korban dan krisis kemanusiaan yang memburuk karena Israel melanjutkan serangan darat dan udaranya.
Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa cara Israel menjalankan operasinya "menciptakan hambatan besar terhadap distribusi bantuan kemanusiaan" di Gaza, di mana PBB mengatakan bantuan yang tersedia hanya 10 persen dari yang diperlukan. Israel mengklaim 5.405 truk bantuan yang membawa makanan, air dan persediaan medis dan telah memasuki Gaza sejak perang dimulai.
Pembaruan korban terbaru dari kementerian kesehatan Gaza menyebutkan 20.057 warga Palestina tewas dan 53.320 terluka dalam serangan Israel yang menghancurkan sebagian besar enklaf dan mengungsi sebagian besar dari populasi 2,3 juta jiwa.
Israel Sebut 140 Tentaranya Tewas Sejak Meluncurkan Invasi Darat pada 20 Oktober
Baca Juga: Super Mantap! 5 Bakso Paling Enak di Kota Tarakan, Berikut Alamat dan Jam Bukanya
Sebuah serangan udara kembali terjadi, pengeboman artileri dan pertempuran dilaporkan terjadi di seluruh Gaza hingga Jumat malam, dengan harapan yang memudar untuk terobosan segera dalam pembicaraan di Mesir yang bertujuan untuk membuat Israel dan Hamas sepakat untuk gencatan senjata baru.
Militer Israel memerintahkan penduduk Al-Bureij, di pusat Gaza, untuk segera pindah ke selatan. Petunjuk tersebut menandakan fokus baru dari serangan darat yang telah menghancurkan utara enklaf dan melakukan serangkaian serangan di selatan.
Beberapa penduduk membungkus kereta keledai dan pergi. Namun, tidak ada tanda langsung dari banyaknya warga Al-Bureij yang bergabung dengan ratusan ribu orang yang melarikan diri dari daerah lain.
"Ke mana kita harus pergi? Tidak ada tempat yang aman," kata Ziad, seorang petugas medis dan ayah enam anak diktip PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters.
Baca Juga: Tanggapi Soal Cak Imin Potong Tumpeng di IKN, Timnas AMIN: Dulu Terpaksa