Tiongkok Klaim Muslim Uighur Tewas di Kamp Xinjiang Sejak 2017, sang Putri Korban Menyangkalnya

- 2 Oktober 2020, 20:00 WIB
SEJUMLAH massa dari berbagai elemen melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin, 23 Desember 2019. Dalam aksinya mereka mengecam  dan mengutuk keras penindasan terhadap muslim Uighur. *
SEJUMLAH massa dari berbagai elemen melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin, 23 Desember 2019. Dalam aksinya mereka mengecam dan mengutuk keras penindasan terhadap muslim Uighur. * /ARMIN ABDUL JABBAR/PR /

Baca Juga: Bertindak Seperti Hendak Berangkat Kerja, Pria Ini Ternyata di PHK Tanpa Beritahu Istri

“Saya dengan panik mencari ayah saya, ketika dia sudah pergi. Sangat menyedihkan juga karena saya tidak dapat berbicara dengannya sebelum kematiannya," katanya.

Fatimah mengabarkan bahwa pihak berwenang tidak memberikan informasi tentang penguburannya, atau lokasi jenazah ayahnya.

Dia mengatakan pengakuan formal atas kematiannya penting bagi komunitas Uighur bukan hanya karena itu adalah respons yang sangat jarang, selain laporan media pemerintah yang menargetkan klaim mereka, namun juga karena hal tersebut mampu membawa harapan dan kemungkinan jalan hukum.

Ia pun mengatakan bawa tak ada pengacara hak asasi manusia (HAM) yang akan mendekati kasus-kasus sensitif Uighur.

Baca Juga: Buruh Rencanakan Mogok Nasional Protes RUU Cipta Kerja, Gatot Nurmantyo: KAMI Mendukung

"Ini adalah surat resmi dari pemerintah yang diberikan kepada PBB, jadi saya dapat membawa surat ini ke pengadilan internasional untuk mengatakan ini adalah bukti saya, dan biarkan Pemerintah Tiongkok menunjukkan bukti mereka," kata Fatimah.

Fatimah menilai dirinya sukses bila mampu mengungkap semua yang telah menimpanya.

“Bagi saya itu adalah kesuksesan pribadi yang besar. Saya tidak yakin siapa yang bisa membantu saya tapi saya sedang mencari," ucapnya.

Salah satu dari ribuan warga Uighur yang sekarang tinggal di Australia, Abdulghafur mengatakan tidak aman baginya untuk menghubungi keluarganya di Xinjiang secara langsung tetapi telah menerima beberapa pesan melalui pihak ketiga selama bertahun-tahun.

Halaman:

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x