Tiongkok Klaim Muslim Uighur Tewas di Kamp Xinjiang Sejak 2017, sang Putri Korban Menyangkalnya

- 2 Oktober 2020, 20:00 WIB
SEJUMLAH massa dari berbagai elemen melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin, 23 Desember 2019. Dalam aksinya mereka mengecam  dan mengutuk keras penindasan terhadap muslim Uighur. *
SEJUMLAH massa dari berbagai elemen melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin, 23 Desember 2019. Dalam aksinya mereka mengecam dan mengutuk keras penindasan terhadap muslim Uighur. * /ARMIN ABDUL JABBAR/PR /

Baca Juga: Kembali Diizinkan Anies Baswedan, Berikut Syarat Warga DKI Jakarta yang Boleh Isolasi Mandiri

WGEID juga menanyakan ibu Abdulghafur dan kedua adiknya yang juga telah menghilang, Abdulghafur pun mengatakan bahwa pihak berwenang melaporkan kembali mengenai ibunya yang berusia 63 tahun kini tengah menjalani kehidupan sosial dan normal.

“Saya belum bisa berbicara dengannya sama sekali. Itu kebohongan lain," katanya.

Ia pun menilai bahwa keluarganya tercinta tengah dalam penahanan rumah, tidak dalam kondisi baik.

“Dia ada di rumah, saya yakin itu. Tapi dia tidak menjalani kehidupan normal. Saya pikir dia dalam tahanan rumah," ucapnya.

Baca Juga: Dibakar Saat Lakukan Siaran Langsung, Bintang TikTok Ini Meninggal Dunia Usai Dirawat Intensif

Abdulghafur mengatakan ketika dia mengajukan permohonan tanpa nama ke WGEID untuk menyelidiki hilangnya keluarganya, saudara perempuannya di Turki telah meminta informasi kepada kedutaan besar Tiongkok di Istanbul, namun kenyataannya saudara perempuannya itu dilecehkan dan diintimidasi setelah memberitahu data pribadinya.

Dalam laporan tahun 2020, WGEID mendesak Tiongkok untuk memberikan informasi kepada keluarga dan kelompok hukum tentang orang komunitas Uighur yang hilang dan mengatakan kegagalan untuk melakukannya sama dengan penghilangan paksa.

Sementara itu, tindakan keras Tiongkok terhadap Xinjiang meluas, menurut penelitian terbaru mengungkapkan bahwa terdapat ratusan kamp penahanan baru dan penghancuran ribuan masjid serta situs budaya dan agama lainnya, hal tersebut mengikuti pengungkapan dalam beberapa bulan terakhir tentang sterilisasi paksa perempuan, dan perluasan program kerja paksa.

PKC secara konsisten membantah tuduhan terhadapnya, dan mengatakan kamp tersebut adalah pusat pelatihan kejuruan yang dibangun sebagai tanggapan terhadap ekstremisme agama.

Halaman:

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x