Usai Menentang Rencana Perluasan Tambang Batu Bara, Aktivis Lingkungan Ditembak Mati di Rumahnya

- 24 Oktober 2020, 11:05 WIB
Ilustrasi senjata tajam.
Ilustrasi senjata tajam. /Stevepb/Pixabay

PR DEPOK - Seorang aktivis lingkungan di Afrika Selatan yang menentang perluasan tambang batu bara di dekat rumahnya ditembak mati di kediamannya.

Fikile Ntshangase (65), terlibat dalam sengketa hukum atas perpanjangan tambang terbuka yang dioperasikan oleh Tendele Coal, dekat dengan taman Hluhluwe, Imfolozi, cagar alam tertua di Afrika.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari The Guardian, polisi setempat mengatakan bahwa empat pria memasuki rumah Ntshangase di Ophondweni, Provinsi KwaZulu-Natal, sekitar pukul 18.30 pada Kamis, 22 Oktober 2020, mereka menembaknya hingga tewas.

Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Kendaraan Saat Libur Panjang, Pekan Depan Operasional Mobil Barang Akan Dibatasi

Seorang anak berusia 13 tahun, ikut menyaksikan pembunuhan itu dan membantu pihak berwenang dalam penyelidikan mereka. Tidak ada penangkapan yang dilakukan.

Sementara itu, Tendele Coal mengutuk apa yang disebutnya sebagai "pembunuhan tidak masuk akal" dan menyerukan ketenangan, dalam pernyataannya bersama dengan para pemimpin setempat.

Tambang batu bara telah menjadi fokus sengketa hukum yang berlarut-larut antara perusahaan, konservasionis, dan beberapa penduduk setempat yang mendukung perluasannya karena alasan ekonomi.

Baca Juga: Soal Insiden Kebakaran di Kejagung, Polri: Penyebabnya Berasal dari Puntung Rokok Kuli Bangunan

Kirsten Youens, pengacara Ntshangase, mengatakan kliennya adalah aktivis pemberani yang menentang perluasan tambang.

Ntshangase adalah anggota terkemuka dari Organisasi Keadilan Lingkungan Komunitas Mfolozi.

"Dia sangat blak-blakan tentang kebenaran dan keadilan, tidak ragu-ragu memanggil orang yang dia rasa licik atau tidak jujur," kata Youens.

Baca Juga: Pemprov Jabar Akan Sediakan 298 Ribu Vaksin, Berikut Kelompok Prioritas Vaksinasi di Kota Depok

Pengacara itu mengatakan “Dia tidak mengkompromikan etikanya. Pernah. Sebagai pengacaranya, saya akan merindukan kebenaran, semangat, dan keberaniannya. Dia tidak pantas mati. Kami hancur karena kehilangannya.”

Dia menyampaikan bahwa Ntshangase baru-baru ini berkata, "Saya tidak bisa menjual orang-orang saya dan jika perlu saya akan mati untuk orang-orang saya."

Pengacara yang mewakili masyarakat itu juga menerangkan, orang-orang di dekat tambang telah menjadi fokus ancaman kekerasan dan intimidasi dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga: Berikut Sejumlah Syarat Berkunjung ke Bioskop, Salah Satunya Isi Data Elektronik Secara Rinci

Keluarga yang menolak direlokasi dari tanah leluhur mereka dilaporkan telah ditembak.

Sementara itu, laporan Global Witness pada bulan Juli menunjukkan, rekor jumlah orang di seluruh dunia terbunuh karena mempertahankan tanah dan lingkungan mereka pada tahun 2019.

Totalnya 212, naik hampir 30 persen dari tahun sebelumnya berjumlah 164.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah