Hari Peduli Sampah Nasional, Mengenang Kembali Gulungan Sampah yang Tewaskan Ratusan Jiwa di Cimahi 15 Tahun Silam

21 Februari 2020, 13:53 WIB
ILUSTRASI sampah yang terus bertambah tiap harinya.* /Pixabay/

PIKIRAN RAKYAT - Sampah menjadi persoalan yang tidak ada habisnya untuk dibicarakan. Setiap hari tak henti-hentinya sampah memenuhi setiap area di muka bumi ini.

Banyak kejadian yang ditimbulkan akibat sampah ini seperti bencana banjir yang kerap melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Bahkan, warga Jakarta saja dalam satu hari saja, bisa menghasilkan sampah plastik seluas tujuh lapangan bola.

Hari Peduli Sampah Nasional, pertama kali ditetapkan pada tahun 2005 tepat setelah terjadinya tragedi longsor sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat pada tanggal 21 Februari 15 tahun silam.

Adanya hari peringatan ini juga menjadi pemicu supaya Indonesia dapat bersih dari sampah pada tahun 2020 ini.

Baca Juga: Terpilih Sebagai Miss Indonesia 2020, Simak Fakta Menarik tentang Pricilia Carla

Hari Peduli Sampah Nasional dapat dirayakan dengan cara melakukan aksi nyata bersama seperti melakukan kegiatan kerja bakti, tidak membuang sampah sembarangan, dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut merupakan hal kecil yang bisa membantu dalam mengurangi sampah.

Dengan adanya Hari Peduli Sampah Nasional, diharapkan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap sampah semakin meningkat.

Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari situs resmi Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Negara Lingkungan Hidup mencanangkan 21 Februari 2006 sebagai Hari Peduli Sampah untuk pertama kalinya. Tepat hari ini Indonesia memperingati hari tersebut.

Latar belakang munculnya ide peringatan tersebut, atas ide dan desakan dari sejumlah pihak untuk mengenang peristiwa di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat pada 21 Februari 2005 lalu. Dimana sampah dapat menjadi mesin pembunuh yang merenggut nyawa lebih dari 100 jiwa.

Baca Juga: Waspadai Paket Barang Made in Tiongkok Bisa Tularkan Virus Corona, Cek Faktanya 

Peristiwa tersebut terjadi akibat curah hujan yang tinggi dan ledakan gas metana pada tumpukan sampah. Akibatnya 157 jiwa melayang dan dua kampung (Cilimus dan pojok) hilang dari peta karena tergulung longsoran sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Leuwigajah.

Tragedi ini memicu dicanangkannya Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati tepat di tanggal insiden itu terjadi.

Bukan hanya di Indonesia, di luar negeri pun sampah menjadi persoalan yang dihadapi masyarakat.

National Geographic melaporkan masing-masing kota di dunia setidaknya menghasilkan sampah hingga 1,3 miliar ton setiap tahun. Diperkirakan oleh Bank Dunia, pada tahun 2025, jumlah ini bertambah hingga 2,2 miliar ton.

Baca Juga: Polisi Ringkus Pelaku saat Berhasil Pertama Kali Tanam Ganja di Rumahnya setelah Gagal 20 Kali 

Dalam laporan sebuah penelitian yang diterbitkan di Sciencemag pada Februari 2015 menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua di dunia penyumbang sampah plastik ke laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa fakta tentang sampah nasional pun sudah cukup meresahkan dan harus segera mendapat tindakan yang serius dari semua pihak.

Menurut Riset Greeneration, organisasi nonpemerintah yang telah 10 tahun mengikuti isu sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700 kantong plastik per tahun. Di alam, kantong plastik yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem.

Melihat kasus sebelumnya, sampah masih banyak ditemukan di beberapa objek wisata seperti pantai ataupun di gunung. Hal tersebut telah merusak ekosistem yang hidup ada didalamnya.

Baca Juga: Pemeran 'Anak Langit' Aulia Farhan Positif Gunakan Metafetamin, Kenali Bahayanya untuk Kesehatan 

Banyak biota di laut yang memakan sampah plastik. Selain itu, volume sampah terus meningkat di hutan karena semakin banyaknya orang-orang yang melakukan aktivitas mendaki gunung.

Terkait persoalan sampah, Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan Indonesia akan bebas sampah pada tahun 2020. Hari peduli sampah dijadikan momentum untuk membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle) dalam pengelolaan sampah.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler