Pemda Jabar Usulkan 4 Calon Pahlawan Nasional, Siapakah Mereka? Berikut Profil Lengkapnya

- 4 April 2023, 22:04 WIB
Berikut ini merupakan profil lengkap dari 4 calon pahlawan nasional yang diusulkan oleh Pemda Jawa Barat./Instagram/humas_jabar
Berikut ini merupakan profil lengkap dari 4 calon pahlawan nasional yang diusulkan oleh Pemda Jawa Barat./Instagram/humas_jabar /

PR DEPOK - Pemda Jabar usulkan 4 empat calon pahlawan nasional. Kelompok Pengkajian dan Pengkajian Gelar-gelar Daerah (TP2GD) bersama Dinas Sosial Jawa Barat mengirimkan berkas usulan gelar Pahlawan Nasional ke Kementerian Sosial RI pada Kamis, 30 Maret 2023.

Dilansir dari Instagram @humas_jabar, diharapkan usulan gelar Pahlawan Nasional 2023 bisa dianugerahkan kepada para pejuang di Jawa Barat.

Empat tokoh dari provinsi Jawa Barat yang diusulkan sebagai Pahlawan Nasional itu adalah K.H. Ma'mun Nawawi, Inggit Garnasih, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, dan K.H Sholeh Iskandar.

Latar Belakang Pengangkatan Calon Pahlawan Nasional

Baca Juga: Liga Inggris Leeds vs Nottingham Forest: Jam Tayang, H2H, Prediksi Skor, Prediksi Line-Up dan Link Streaming

Adapun latar belakang utama yang menjadi alasan tokoh-tokoh tersebut dianggap layak dijadikan sebagai Pahlawan Nasional adalah karena telah berkontribusi atas Kemerdekaan RI.

Selain itu, ada beberapa faktor spesifik yang dapat dijadikan landasan agar tokoh-tokoh tersebut mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Di antaranya sebagai berikut:

K.H.Ma'mun Nawawi

Berkontribusi dalam penerapan Ilmu Falak;

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Depok Besok Rabu, 5 April 2023 Siang Hari Cerah Berawan

Pendiri Pesantren Al Baqiyatussholihat (1937);

Peredam DI/TII wilayah Jawa Barat;

Kepala Pembinaan Rohani pada Latihan Laskar Hizbullah di Cibarusah, Bekasi, Jawa Barat (2 Februari - 15 Mei 1945).

Inggit Garnasih

Baca Juga: BLINK, Nantikan Perilisan BLACKPINK The Game, Rasakan Pengalaman Menjadi Produser

Pengabdiannya kepada Soekarno dalam memberikan informasi tentang situasi politik di luar penjara dan menyiapkan pidato pembelaan Indonesia Klaagt Ann atau Indonesia Menggugat;

Memperkokoh semangat juang Soekarno selama di penjara Banceuy dan Sukamiskin (1929-1931) dan pengasingan di Ende (1934-1938) dan Bengkulu (1938-1942);

Pengabdian dan pengabdiannya dalam proses pendirian Persatuan Nasional Indonesia atau PNI (1927);

Pengabdian dan pengabdiannya dalam perjuangan gerakan politik Sukarno tahun 1923-1929 dan 1932-1933.

Baca Juga: Keren! Jelita Rilis Single Gentle Blues dengan Video Musik Buatan AI

Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja

Ketua Delegasi UNCLOS III Hukum Laut (1982);

Menteri Kehakiman II Menteri Pembangunan (1974-1978);

III Menteri Pembangunan, Menteri Luar Negeri (1978-1988);

Mahkamah Agung (1988-1998);

Ketua Komite Antar Departemen tentang RUU Kelautan Pertama (1957);

Wakil Direktur Delegasi Hukum Maritim (1972);

Rektor Universitas Padjadjaran (1973-1974).

Baca Juga: Cara Cek Penerima BPNT 2023 April via cekbansos.kemensos.go.id, Siapkan KTP dan HP Sekarang

K.H. Sholeh Iskandar

Pendiri Pondok Pesantren Pertanian Darul Falah (1960);

Pendiri Universitas Ibnu Khaldun (1961);

Penggagas Dewan Pendiri Kerjasama Pesantren (1972);

Pendiri Rumah Sakit Islam Bogor (1982);

Pelopor Perbankan Syariah (1992);

Komandan Batalyon Hizbullah Bogor (1945);

Brigade 2 Danyon TNI VI Tirtayasa Divisi Siliwangi (1947);

Dandim 0603 Lebak (1948);

Pendiri Legiun Veteran Republik Indonesia atau LVRI (1956).

Baca Juga: Cairkan Bansos PKH dan BPNT April 2023 dengan Membawa Dokumen Ini

Profil Lengkap Para Calon Pahlawan Nasional 2023

Profil KH. Ma'mun Nawawi

KH. R. Ma'mun Nawawi lahir di Kampung Cibogo Bekasi Jumadil Akhir 1334 H/1912 M, dan meninggal dunia dalam usia 63 tahun atau Jumat petang 26 Muharram 1395 H pada pukul 01:15 WIB yang jatuh pada tanggal 7 Februari 1975 Masehi, di Cibogo. Ia dimakamkan di pemakaman sekitar Pesantren di Al-Baqiyatussholihat.

Beliau memulai pendidikannya dengan berguru di bawah bimbingan Tubagus Bakri bin Seda (Mama Sempur) di Plered Sempur Bandung. Dia menghabiskan 7 tahun di sebuah pondok pesantren. Setelah itu ia melanjutkan studinya selama 2 tahun di Mekkah.

Selama di Makkah, beliau berguru kepada lebih dari 13 muallif (penulis kitab), antara lain al-Muhaddits as-Sayyid Alawi al-Maliki dan Mama KH. Mukhtar Atharid al-Bogori.

Pada masa Perang Kemerdekaan KH. R. Ma'mun Nawawi pernah menyelenggarakan pelatihan militer Hizbullah di Cibarusah. Kemudian dikirim ke Bekasi untuk menghadapi pasukan Sekutu langsung di bawah pimpinan komandan yang juga rekan tempur mereka yang dikenal dengan Macan Bekasi atau KH. Nur Ali.

Ulama ini adalah cendekiawan yang produktif dalam menulis. Setidaknya hasil tulisannya sebanyak 63 buku. Selain itu, ia dan murid-muridnya juga menjadi penggerak para pejuang kemerdekaan di Indonesia, khususnya di kampung halamannya Bekasi.

Baca Juga: Daftar DTKS Kemensos 2023 April Lewat Aplikasi Ini, KPM Bisa Dapat BPNT hingga PKH Bulan Ini

Profil Inggit Garnasih

Garnasih, yang dilahirkan di Banjaran, Kabupaten Bandung pada tanggal 17 Februari 1888, memiliki nama asli yang sama dengan panggilannya yaitu Inggit.

Sejak kecil, Garnasih telah dijuluki Inggit karena kecantikannya yang menawan seperti mata uang ringgit. Garnasih sangat terkenal di desanya dan ketika ia tersenyum, teman-temannya merasa bahagia seperti mendapatkan uang seringgit.

Inggit Garnasih merupakan sosok yang sangat penting dalam perjuangan Kemerdekaan Indonesia bersama dengan Soekarno. Saat Soekarno dipenjara di Banceuy, Bandung, Inggit menjadi orang yang memelihara semangat perjuangan Soekarno dan menjaga agar semangatnya tidak padam.

Saat Inggit mengunjungi suaminya di penjara, ia sering menyembunyikan uang di dalam makanan yang dibawanya agar Soekarno bisa meminta penjaga untuk membelikan surat kabar. Selain itu, ia juga berhasil menyelundupkan buku-buku ke dalam penjara.

Menurut buku Biografi Inggit Garnasih: Perempuan dalam Hidup Sukarno karya Reni Nuryanti (2007), Inggit bahkan pernah berpuasa selama beberapa hari agar ia bisa menyelipkan buku-buku yang ia bawa di dalam perutnya dan tidak terdeteksi oleh penjaga.

Dengan bantuan Inggit, Soekarno dapat menulis pembelaan yang sangat mengesankan yang diberi judul "Indonesia Menggugat" dan dibacakan di depan hakim. Inggit selalu setia menemani Soekarno bahkan saat ia diasingkan ke Ende dan Bengkulu.

Baca Juga: Serial Fantasi Tale of the Nine-Tailed 1938 Akan Rilis Bulan Mei, Berikut Sinopsis dan Daftar Pemain

Profil Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja

Dr. Mochtar Kusumaatmadja adalah salah satu rekan pendiri MKK dan memiliki karir yang luar biasa di pemerintahan dan sektor swasta sebagai ilmuwan, pendidik, negarawan, dan advokat.

Sebelum terlibat dalam pendirian MKK pada tahun 1971, Dr. Mochtar pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum di Universitas Padjadjaran.

Ia kemudian menjabat sebagai rektor di universitas tersebut, sebuah lembaga pendidikan tinggi terkemuka di Indonesia.

Dari tahun 1974 hingga 1988, Dr. Mochtar Kusumaatmadja tidak praktek di MKK karena ia menjabat sebagai Menteri Kehakiman Republik Indonesia dari tahun 1974 hingga 1978 dan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia dari tahun 1978 hingga 1988.

Setelah kembali ke MKK pada tahun 1989, ia melanjutkan karirnya dalam memberikan layanan publik baik di tingkat nasional maupun internasional.

Gelar master di bidang hukum diperoleh dari Universitas Indonesia pada tahun 1955 dan ia meraih gelar LL.M dari Yale University pada tahun yang sama. Dia memperoleh gelar doktor di bidang hukum dari Universitas Padjadjaran pada tahun 1962.

Selain itu, ia diundang untuk mengikuti kuliah di sekolah hukum Harvard pada tahun 1964-1965 dan sekolah hukum University of Chicago pada tahun 1965-1966.

Baca Juga: Cara Cek Bansos PKH 2023 Online, Buka cekbansos.kemensos.go.id Lewat HP

Profil K.H. Sholeh Iskandar

Terdapat beberapa sumber yang memberikan informasi mengenai latar kelahiran KH Sholeh Iskandar. Salah satu sumber menyatakan bahwa ia lahir pada tanggal 22 Juni 1922 di Kampung Pasarean, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Namun, dalam buku biografi yang berjudul "Jejak Perjuangan Ulama-Patriot KH Sholeh Iskandar" karya Lukman Hakiem, disebutkan bahwa ulama tersebut berasal dari Kampung Gunung Handeuleum, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Baca Juga: Kapan PKH 2023 Tahap 2 Cair? Bantuan Uang Tunai hingga Rp750.000 Siap Disalurkan Bulan Ini

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah rakyat Buitenzorg, Sholeh Iskandar memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren. Pertama, ia memilih Pondok Pesantren Cangkudu di Serang, Banten. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan intelektualnya ke Pondok Pesantren Cantayan Sukabumi.

Sebagai seorang santri, Sholeh muda tidak hanya tertarik pada ilmu agama semata. Dia juga aktif dalam berbagai perjuangan nasional. Aktivitasnya semakin terlihat jelas setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Sholeh bergabung dengan kelompok-kelompok perjuangan seperti Hizbullah yang telah disiapkan selama masa pendudukan Jepang.

Dia terlibat dalam beberapa pertempuran yang melibatkan pasukan gerilya RI melawan pasukan NICA - yang ingin mengembalikan penjajahan Belanda di Indonesia. Daerah tempur utamanya berada di Bogor, termasuk antara Leuwiliang dan Jasinga.

Sholeh bahkan diangkat sebagai komandan tertinggi Batalyon O Siliwangi untuk wilayah Bogor Barat. Setelah beberapa tahun kemerdekaan RI, Sholeh memasukkan kelompoknya ke dalam struktur Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat.***

Editor: Linda Agnesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x