PR DEPOK – Tokoh Papua, Christ Wamea turut menanggapi isu pengambilalihan paksa kepemimpinan Partai Demokrat dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Menurut penuturan AHY, pengambilalihan paksa kepemimpinan Partai Demokrat disebut-sebut melibatkan pihak Istana Kepresidenan.
Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko buka suara perihal isu pengambilalihan paksa kepemimpinan Partai Demokrat.
Moeldoko mengaku bahwa dirinya pernah menemui sejumlah anggota dari Partai Demokrat di kediamannya beberapa waktu lalu.
“Kepada siapa pun, apalagi di rumah ini. Terbuka 24 jam dengan siapa pun. Mereka datang berbondong-bondong, ya kita terima,” kata Moeldoko menjelaskan.
Meski demikian, Moeldoko mengaku tidak tahu konteks kedatangan mereka ke kediaman dirinya.
Akan tetapi, kata dia, seperti pertemuan dengan pihak lain, ia selalu membuka obrolan dengan persoalan pertanian.
Baca Juga: Sindir Keras AHY Soal Kudeta Demokrat, Marzuki Alie: Sebaiknya Mundur daripada Fitnah, Masuk Neraka!
Melalui akun Twitter pribadinya @PutraWadapi, Christ Wamea mengungkapkan bahwa Moeldoko tidak memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) yang mana merupakan tanda bahwa seseorang adalah anggota dari sebuah institusi, organisasi, maupun partai.
Meski begitu, dikatakan Christ Wamea, Moeldoko masih saja berupaya untuk ‘mencuri’ partai tersebut.
“Tidak punya KTA tapi ngotot mau curi partai,” ujar Christ Wamea seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Rabu, 3 Februari 2021.
Ia mengatakan, setelah menyelewengkan dana bantuan sosial (bansos), Moeldoko berupaya untuk ‘mencuri’ Partai Demokrat.
“Habis maling bansos mau maling partai lagi,” ujarnya menambahkan.
Sebelumnya, Moeldoko mengungkapkan bahwa dirinya prihatin dengan cerita dari para tamu tersebut. Pasalnya, mantan Panglima TNI ini mengaku dirinya juga mencintai Partai Demokrat.
“Saya sebenarnya prihatin gitu ya dengan situasi itu, karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat,” kata Moeldoko.***