WHO Ingatkan RI Soal Rendahnya Angka Testing Covid-19, Mufidayati Khawatirkan Munculnya Gelombang ke-3

25 Oktober 2021, 20:20 WIB
Anggota DPR Kurniasih Mufidayati. /Instagram @kurniasihmufidayati.id

PR DEPOK – Dalam menekan angka penyebaran Covid-19, Indonesia dinilai cukup berhasil, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)  baru-baru ini memberikan peringatan.

WHO sempat menyinggung rendahnya angka testing Covid-19 di Indonesia dalam sepekan terakhir, terhitung dari 7 Oktober 2021 hingga 13 Oktober 2021.

Berdasarkan catatan WHO, angka tes positif Covid-19 secara nasional di Indonesia masih di bawah 2 persen atau hanya ada 1 per 1.000 penduduk.

Baca Juga: Gegara Pelat Mobil RFS, Rachel Vennya Bakal Terancam Kena Denda Tilang Segini

Padahalnya, dalam empat pekan terakhir angka testing Covid-19 lebih dari 4:1000 penduduk per minggu.

Terkait peringatan WHO tersebut, anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKS Kurniasih Mufidayati lantas memberikan respons.

Ia pun mengingatkan bahwa melandainya kasus konfirmasi positif di Indonesia harus dipertahankan dengan tetap menjaga protokol 5M bagi masyarakat dan 3T bagi pemerintah.

Baca Juga: Ingatkan Kepala Daerah Se-NTT, Wakil Ketua KPK: Praktik Korupsi pada Titik Rawan Harus Diminimalisir

Alasannya karena angka konfirmasi harian di Indonesia pada kenyataannya masih ada.

“Testing untuk mencari kasus positif dari orang yang bergejala bisa jadi menurun seiring menurunnya kasus. Tapi testing untuk mencari kontak erat dan testing acak untuk mencari kasus konfirmasi tidak boleh kendur karena angka konfirmasi harian kita masih ada, bukan 0,” ujar Mufida dalam keterangannya, pada Sabtu, 16 Oktober 2021 seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari situs resmi PKS.

Tidak hanya itu, ia turut mengingatkan adanya potensi gelombang ketiga yang diprediksi bisa terjadi pada akhir tahun seiring pelonggaran pembatasan pada Agustus.

Baca Juga: Raffi Ahmad Ungkap Kisah di Awal Pernikahan dengan Nagita Slavina, Suami Gigi: Gua Gak Punya Quality Time

Maka dari itu, ia berharap agar potensi tersebut dapat dicegah oleh pemerintah.

Misalnya, salah satu kunci untuk mengetahui potensi terjadinya kenaikan angka kasus positif adalah gerakan 3T.

Indonesia menurutnya tentu tidak ingin gelombang ketiga Covid-19 akan terjadi, sehingga tetap mempertahankan protokol 5M dan 3T sangat penting.

Baca Juga: Cara Atasi Gagal Unggah Foto KTP Kartu Prakerja saat Proses Update Data Diri

Lalu, Indonesia juga harus belajar dari hantaman gelombang kedua Covid-19 yang terjadi pada Juni-Juli lalu.

Jadi, pemerintah perlu menyiapkan skenario matang untuk mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19.

“Para ahli melakukan prediksi, terjadi atau tidak yang jelas wajib dilakukan adalah melakukan kesiapan. Dipastikan ada stok obat, stok bed perawatan, stok oksigen dan ketersediaan tempat karantina terpusat,” ujar Mufida.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama yang Dilihat Ungkap Keinginan Tersembunyi Anda

Belum lagi, kenyataannya banyak negara yang sudah mengalami serangan gelombang ketiga Covid-19, sehingga Mufida berpendapat bahwa kesiapan ini sebagai bentuk antisipasi munculnya gelombang-gelombang berikutnya.

“Antisipasi wajib dilakukan dengan tetap agresif dalam pelaksanaan vaksinasi terutama di wilayah yang sulit akses dan dipastikan adanya supply chain vaksinasi yang adil dan merata di semua daerah,” katanya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: PKS

Tags

Terkini

Terpopuler