Mengais Rezeki saat Wabah Virus Corona, Lansia Penjual Ketoprak Hanya Dapat Rp 8.000

26 Maret 2020, 08:06 WIB
Pedagang Kaki Lima.* /

PIKIRAN RAKYAT – Proses penyebaran virus corona yang begitu masif di Indonesia hingga mencapai angka 790 kemarin membuat sejumlah pihak terus menggaungkan #Dirumahaja.

Kepolisian juga mulai turun ke jalan untuk membubarkan kerumunan yang masih saja terjadi di tengah masyarakat.

Sejumlah pertokoan dan mal pun terpaksa harus tutup sementara hingga waktu tertentu.

Sektor non-formal pun ikut terimbas dari imbauan ini mulai dari ojek online, sopir taksi, hingga pedagang kaki lima yang mengalami kerugian besar.

Baca Juga: 2.400 Alat Rapid Test Telah Diterima Depok, Hanya untuk Suspect Covid-19 

Hal ini terlihat dari salah satu unggahan di media sosial yang ikut membagikan bagaimana susah payahnya para sektor non-formal di ibu kota berjuang bertahan hidup.

Meski telah ada upaya dari pemerintah seperti penundaan pembayaran kredit bagi ojol dan sopir taksi hingga bantuan dari Kemensos, nyatanya itu tidak cukup.

Pemilik akun Twitter Intan Permata mengunggah sejumlah foto yang memperlihatkan kondisi para pedagang yang masih harus berjuang di tengah sebagian perusahaan yang menerapkan work from home bagi para karyawannya.

Para pedagang tersebut bukan tidak ingin menerapkan work from home namun kondisi mereka yang tidak memungkinkan akan mendapat penghasilan jika tidak berkeliling menjajakan dagangannya di tengah pandemi virus corona yang dihadapi seluruh masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Kehilangan Sosok Ibu, Jokowi: Mohon Doa dari Jauh untuk Almarhumah 

Seorang lansia yang diperkirakan berusia 80 tahun tampak dengan sigap berjualan menanggung beban berat dagangannya.

Lansia tersebut mulai berangkat pada pukul 4 dini hari setiap harinya berjalan jauh memikul beban hingga 60 kilogram.

Tentu bukan beban yang ringan mengingat umur beliau yang seharusnya tidak lagi mengangkat beban seberat 60 kilogram dengan rute perjalanan yang cukup jauh.

“Usia 80 tahun turun dari jam 4 subuh mikul dagangan sebesar 60 kilogram pas pergi, 40 kilogram pas pulang kalau habis,” tutur Intan.

Baca Juga: Besok, Depok Kembali Jalankan Rapid Test, Kali ini Ratusan ODP 

Selain itu, Intan juga mengunggah potret seorang penjual ketoprak yang selama 2 hari hanya mendapat penghasilan sebesar Rp 8.000 saja. Padahal penjual tersebut memiliki tanggungan istri dan 2 orang anak yang masih kecil.

Intan juga memperlihatkan foto penjual nasi goreng yang biasa berkeliling menjual dagangannya.

Intan mengaku menemui penjual tersebut saat tengah memakan timun yang sudah berair bersama nasi putih miliknya yang sudah mulai mengeras.

Ia menjelaskan sebenarnya penjual nasi goreng tersebut menyediakan nasi yang masih baru namun sengaja ia simpan sambil berharap seorang datang membeli nasi gorengnya.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Depok Hari Ini, Kamis 26 Maret 2020 

Namun nyatanya, penjual nasi goreng hanya mendapat penghasilan sebesar Rp 6.000, itu pun dari temannya yang juga pedagang sate yang turut membeli nasi gorengnya setengah porsi.

Intan mengungkapkan para penjual keliling tersebut kini mengalami penurunan omzet hingga 70% karena persaingan dunia usaha yang semakin berkembang dan didukung dengan berbagai kemajuan teknologi.

Warganet ramai mengomentari unggahan tersebut dengan mengajak setiap pembaca yang memiliki rezeki lebih untuk membeli dagangan para penjual kaki lima agar mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selain itu, berbagai kampanye turut digaungkan oleh publik mulai dari public figure hingga masyarakat biasa.

Baca Juga: Ramai Dibicarakan di Tiongkok, Kasus Hantavirus Juga Pernah Terjadi di Indonesia 

Kampanye seperti yang dilakukan dr Tirta yang mengajak masyarakat untuk membeli makanan melalui pesan antar ojek online dan kemudian memberikan pesanan makanannya tersebut untuk kepada ojol yang menerima pesanannya tersebut.

Kampanye lainnya dari influencer Edho Zell dalam program #rantanghati dengan mengadakan Warteg Gratis.

Edho mengajak publik untuk memesan makanan dari warteg yang minim pendapatan saat ini menggunakan jasa antar ojek online yang kemudian dibagikan kepada fakir miskin yang kurang mampu.

Berbagai kampanye melalui media crowd funding juga dilakukan berbagai kalangan masayarakat lainnya untuk membantu perekonomian sektor non-formal yang sangat berdampak saat ini.***

Editor: M Bayu Pratama

Tags

Terkini

Terpopuler