Dinilai Akan Beratkan APBN Usai Pertamina Merugi, Jokowi Diminta Copot Ahok dan Jajaran Direksi

25 Agustus 2020, 15:59 WIB
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama dinilai gagal membangun BUMN tersebut. /Instagram.com/@basukibtp

PR DEPOK - Partai Gerindra meminta Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok beserta jajaran direksi di perusahaan tersebut dinilai layak dicopot.

Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (Waketum DPP) Partai Gerindra, Arief Poyuono dalam keterangan resminya yang diterima RRI dan dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.

Adapun alasan dirinya meminta Ahok beserta jajaran direksi Pertamina itu untuk dicopot setelah perusahaan minyak plat merah tersebut mengalami kerugian sebesar Rp11,33 triliun pada Semester I-2020.

Baca Juga: Bek Manchester United Victor Lindelof Gagalkan Aksi Penjambretan Saat Berjalan-jalan di Vesteras

"Aneh juga para komisaris dan direksi pertaminan ya tidak duduk santai ngawasi perusahaan yang engga ada saingannya dan monopoli. Bahkan engga nurunin harga BBM saat harga crude oil rendah akibat COVID-19. Kok bisa rugi ya," kata Arief Poyuono.

Lebih lanjut Arief Poyuono menambahkan, "Ini menunjukkan kualitas para komisaris dan direksi Pertamina masih below standard (di bawah standar) dalam mengelola Pertamina."

Maka itu, kata dia, jika kekeliruan manajemen itu terus dibiarkan maka bukan tidak mungkin Pertamina bakal memberatkan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Sebab biasanya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merugi akan mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) ke Pemerintah Pusat.

Baca Juga: 9 Pegawai Termasuk Hakim Reaktif Covid-19, Layanan Masyarakat di PN Jakarta Pusat Tutup Sepekan

"Nah Pak Joko Widodo kalau miss management Pertamina dibiarkan akibat dikelola oleh manajemen yang tidak punya kapasitas sebagai world class manajemen, maka dipastikan Pertamina nanti akan memberatkan APBN loh dan ngajuin PMN ke pemerintah," ujarnya.

Pria yang juga Ketum Serikat Pekerja (SP) BUMN Bersatu ini menduga, kerugian Pertamina bisa jadi akibat forward trading import crude dan BBM yang salah prediksi.

Imbas dari itu, ucapnya, nilai beli import crude oil dan BBM impor harganya di atas yang menurun di saat pandemi COVID-19.

"Banyak negara negara importir minyak didunia seperti Tiongkok, Eropa menurun pertumbuhan ekonomi yang berimbas pada turunnya permintaan minyak dunia yang berpengaruh pada harga minyak dunia," ucapnya.

Baca Juga: Target Kemenkominfo: Pasok Jaringan 4G ke 12.000 Desa di Indonesia dalam Dua Tahun

Adapun yang kedua, lanjut Arief, tidak kunjung dibangunnya kilang pemurnian atau refinery oleh Pertamina. Padahal pembangunan tersebut sesungguhnya merupakan salah satu program andalan Presiden Jokowi sendiri.

"Nah yang paling tepat sekarang Pak Joko Widodo jangan salahkan manajemen Pertamina, tapi salahkan yang melakukan penempatan mereka di Pertamina dan sebelum kerugian Pertamina bertumpuk, copot semua direksi dan komisaris Pertamina," ujar dia.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler