Ia menilai, pernyataan Refly Harun tersebut merupakan persoalan tata krama dan kematangan seseorang dalam berpendapat.
Kalau menurut saya sih ini persoalan tata krama dan kematangan saja. Kritik yang kuat thd substansi dan praktik kebijakan sekaligus menunjukkan kebodohan tanpa harus mengatakan. “Cara” sama pentingnya dg “isi” jika tujuannya sungguh mengkritik, bukan sekadar pamer kepintaran. https://t.co/CUJeFCJfBi— Prastowo Yustinus (@prastow) February 16, 2021
“Kalau menurut saya sih ini persoalan tata krama dan kematangan saja,” tulis Prastowo pada Rabu, 17 Februari 2021 seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun @prastow.
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa kritik yang kuat terhadap sebuah kebijakan yang diambil oleh seorang pejabat publik sudah menunjukkan kebodohan sang pejabat tersebut, tanpa harus mengatakan kata bodoh itu sendiri.
“Kritik yang kuat thd substansi dan praktik kebijakan sekaligus menunjukkan kebodohan tanpa harus mengatakan,” ucapnya.
Menurutnya, cara yang digunakan sama pentingnya dengan isi sebuah kritik yang memang ditujukan untuk mengkritik, bukan untuk sekadar memamerkan kepintaran.
“’Cara’ sama pentingnya dg ‘isi’ jika tujuannya sungguh mengkritik, bukan sekadar pamer kepintaran,” tutur Prastowo.***