Ketika ditanya alasan mereka enggan dibina dan lebih memilih dipecat, seorang pegawai KPK dengan yakin menjawab bahwa mereka sebenarnya telah lulus, bahkan melebihi dari kata 'lulus' itu sendiri.
"Karena kami ini sudah lulus, melebihi lulus. Jadi mungkin passing grade-nya bukan passing grade, mungkin terlalu baik bagi mereka, sehingga kita tidak diluluskan. Yang kami takutkan adalah kita salah mendidik generasi ke depan, bahwa beginilah ketidakjujuran tidak dihargai di republik ini, dan itu menyedihkan sekali," katanya menerangkan.
Harun Al Rasyid, satu di antara 75 pegawai KPK yang dinyatakan tidak lulus merasa bahwa dirinya sudah terlanjur dinistakan dengan label bahwa dirinya tidak lulus Tes Wawasan Kebangasan.
"Kalau saya terpilih menjadi 24, saya sudah terlanjur dinista. Martabat saya, keluarga saya, bagaimana itu saudara-saudara saya di kampung punya pesantren-pesantren, saya sendiri juga punya pesantren, bagaimana dengan santri-santri saya? Saya sudah dicap radikal," ujar Harun Al Rasyid, yang merupakan Kasatgas Penyidik KPK.
"Tadi kriterianya tiga ya, satu tentang integrity itu sudah selesai. Tentang netralitas, semua partai saya hajar. Sekarang kan tinggal kriteria radikalisme, persoalannya itu," tuturnya.