Bolehkah Anak Disuntik Vaksin PCV Cegah Risiko Pneumonia Bersamaan dengan Vaksin Lain? Simak Penjelasan Ahli

- 16 Juli 2021, 16:45 WIB
Ilustrasi vaksinasi.
Ilustrasi vaksinasi. /Pixabay/Katja Fuhlert

PR DEPOK - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Cissy B. Kartasasmita mengatakan Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) diberikan guna mencegah anak terjangkit pneumonia yang dapat dibarengi dengan vaksin lain.

"Imunisasi PCV bisa diberikan bersamaan dengan vaksin lain terutama selama pandemi," katanya dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Vaksinasi yang dimaksud seperti diphteria, tetanus, acellular atau whole cell pertussis, haemophilus influenza type b, dan inactivated poliomyelitis.

Baca Juga: Klik sid.kemendesa.go.id Sekarang untuk Cek Penerima BLT Dana Desa 2021

Kemudian, hepatitis B, meningococcal serogroup C, MMR dan varicella serta tt-conjugated meningococcal polysaccharide serogroups A, C, W, dan Y.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian imunisasi PCV sebanyak dua kali bagi anak usia 7-12 bulan sejak 2020.

Tentu dengan ketentuan minimal jarak satu bulan atau booster diberikan setelah anak berumur 12 bulan dengan jarak minimal dua bulan dari dosis sebelumnya.

Baca Juga: Cara Cek Penerima BST dan Bansos Beras 10 Kilogram Juli 2021 di cekbansos.kemensos.go.id

Untuk anak usia 1-2 tahun dapat diberikan PCV sebanyak dua kali dengan jarak dua bulan. Hal ini dilanjutkan dengan pemberian PCV10 bagi anak usia 2-5 tahun sebanyak dua kali dengan jarak dua bulan dan PCV13 sebanyak satu kali.

Pemberian vaksin PCV bagi anak juga bisa mencegah penyakit-penyakit lain seperti meningitis dan radang telinga. 

Meski begitu, dalam beberapa kasus akan muncul efek samping antara lain nyeri di tempat suntikan, demam, dan anak rewel yang tidak membutuhkan pengobatan.

Baca Juga: Titik Penyekatan PPKM Darurat Bertambah Jadi 1.038, Paling Banyak di Jawa Barat

Pneumonia terjadi akibat infeksi pada jaringan paru-paru, sehingga ini tidak terjadi pertukaran gas. Salah satu bakteri penyebab sakit pneumokokus terhisap yang berkembang di tenggorokan melalui darah berpindah ke tempat lain seperti paru-paru.

Gejala-gejala pneumonia antara lain demam, lemas, tidak nafsu makan dan minum, kesadaran menurun sehingga terus tidur, dan gangguan saluran cerna seperti diare dan batuk.

Gejala lainnya yakin anak bernapas cepat, merintih karena merasa sakit dan cuping hidung kembang kempis akibat kebutuhan banyak oksigen dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat menarik napas.

"Batuk pilek dengan kesulitan bernapas dan napas cepat merupakan gejala pneumonia, ditambah tarikan dada ke dalam maka sudah berat dan mengancam jiwa," ucap Cissy B. Kartasasmita.

Baca Juga: Jaksa Nanang Gunaryanto Meninggal Dunia, Refly: Intinya Pembelajaran tuk Berbuat Adil Sebelum Ajal Menjemput

Gejala-gejala lainnya seperti kebiruan di sekitar mulut sebagai penanda kekurangan oksigen (hipoksia) yang berbunyi dan saturasi oksigen turun dari batas normal sebesar 95%-100%.

Ibu diminta memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada anaknya supaya anaknya tidak terkena pneumonia.

Selain itu memberikan kolostrum selama lima hari hingga sepekan pertama yang mengandung berbagai zat antiinfeksi dan vitamin A.

Baca Juga: 5 Makanan yang Mampu Meningkatkan Kesehatan Otak, 2 di antaranya Sangat Mudah Dijumpai

Selain itu memperhatikan kualitas udara di rumah, menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) seperti rajin mencuci tangan. Kemudian, memberikan nutrisi yang baik supaya tidak terjadi malnutrisi.

“Selain itu, cegah anak lahir dengan berat badan rendah melalui pemeriksaan kehamilan dengan baik, hindari anak terpapar asap rokok,” tutur Cissy B. Kartasasmita.

Orang tua juga diminta tidak merokok, karena baju yang digunakan akan mengandung zat nikotin.

Baca Juga: Pemerintah Salurkan 11.212 Ton Beras Selama PPKM Darurat, Luhut: Tidak Boleh Ada Rakyat Sampai Kelaparan

"Di dalam baju yang masih berbau nikotin, ada yang bisa masuk ke saluran napas, merusak pertahanan saluran napas. Di situ ada rambut-rambut kecil yang tidak bisa bergerak kalau kena asap rokok," ujarnya.

Jika anak telah terkena nikotin, maka anak bisa diberikan pengobatan sesuai petunjuk dokter seperti antibiotik dan cairan infus.

Apabila terjadi komplikasi antara lain nanah di dalam kantung paru-paru berakibat paru-paru menjadi kempis dan gagal napas, maka anak perlu dilarikan ke Intensive Care Unit (ICU).***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah