PR DEPOK – Lembaga keamanan Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) menyoroti potensi kerugian sebagai buntut dari kebocoran data 1,3 juta pengguna aplikasi electronic-Health Alert Card (eHAC) yang nilainya bisa menyentuh angka 2,8 triliun.
“Potensi kerugian bisa mencapai Rp2,8 triliun dari bocornya data eHAC karena data-data yang terkuak itu punya nilai jual yang besar karena begitu vital,” kata Ketua Lembaga Riset Siber CISSReC Pratama Persadha kepada awak media.
Pratama melanjutkan bahwa data vital yang terungkap di antaranya, nama, nama rumah sakit, alamat, hasil tes PCR, akun e-HAC.
Tidak sampai di situ saja, karena data mengenai rincian rumah sakit dan dokter yang melakukan perawatan atau memeriksa user e-HAC juga terungkap.
Kemudian terdapat data mengenai hotel pengguna yang pernah melakukan reservasi, nomor Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor, email, dan lainnya.
Menurut Pratama kejadian kebocoran data ini secara pasti akan menaikkan tingkat ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah sehubungan dengan penanggulangan pandemi Covid-19.
Belum lagi penggunaan aplikasi Pedulilindungi yang digunakan sebagai media utama dalam prose vaksinasi.