Sejauh ini, Kemenkes menyebutkan bahwa aplikasi eHAC yang diduga mengalami kebocoran data berbeda dengan eHAC yang saat ini dipakai di aplikasi PeduliLindungi.
Memang benar aplikasi eHAC yang lama sudah tidak dipakai per 2 Juli 2021.
Akan tetapi, menurut Pratama, kebocoran data ini tetap disayangkan karena ada 1,3 juta data pribadi masyarakat yang terekspos.
Adapun alasan dugaan kebocoran data tersebut terjadi karena pembuat aplikasi menggunakan database Elasticsearch (mesin pencari berdasarkan perpustakaan Lucene) yang konon tidak memiliki tingkat keamanan yang rumit sehingga mudah dan rawan diretas.
Baca Juga: Gagal Mendapatkan Kieran Trippier, Ole Gunnar Solskjaer Blokir Jalan Keluar Diogo Dalot
Maka dari itu, database ini telah dinonaktifkan oleh BSSN sejak 24 Agustus 2021.
Lebih lanjut, Pratama menilai bahwa kebocoran data ini berpotensi meningkatkan ketidakpercayaan terhadap penanggulangan Covid-19 dan usaha vaksinasi.
Terlebih saat ini vaksinasi menjadikan aplikasi PeduliLindungi sebagai ujung tombak.
Terkait dugaan kebocoran data tersebut, Kemenkes sudah berkoordinasi dengan beberapa pihak, seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), BSSN, dan Direktorat Tindak Pidana Bareskrim Polri guna memastikan tidak ada kebocoran data.