"Ada dua dokumen kecil dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI): Surat Perintah - Diperintahkan kepada Overste Soeharto untuk mempersiapkan serangan besar-besaran ke Ibukota dan lalu bertanda-tangan pada 25 Februari 1949, yang menandatangani adalah Kolonel Bambang Soegeng sebagai Gubernur Militer," katanya.
"Kedua Buku Simatupang Laporan dari Banaran. Dalam buku itu juga Simatupang mencatat bahwa suatu ketika saya bertemu dengan Kolonel Bambang Soegeng di sebuah desa dan ia mengatakan kepada saya bahwa apa tidak lebih baik kalau kita segera lakukan serangan kepada Yogya, agar supaya nanti Yogya kembali kepada kita, kita tidak dianggap cuma dikasih," katanya lagi.
Baca Juga: Bocoran Tanggal Dibukanya Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 49, Cek di Sini
Sedangkan Salim Said mengatakan bahwa inisiatif itu datang dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan cerita tersebut dibenarkan oleh Jenderal Nasution.
"Saya tanya Sri Sultan, sebab saya sudah pernah baca sebelumnya Sri Sultan mengatakan bahwa beliau itu mendengar radio akan ada sidang dewan keamanan PBB," katanya.
"Jadi, lalu beliau menghubungi Jenderal Soedirman, memberi usul supaya ada serangan umum, entah bahasanya serangan umum atau besar-besaran. Ini cerita juga dibenarkan oleh Jenderal Nasution, dari Jenderal Sudirman turun perintah ke Bambang Soegeng, menurut adiknya Bambang Soegeng turun ke Soeharto," kata Salim Said.
Menurut Salim, keterangan Soeharto pernah dimuat dalam sebuah majalah.
"Keterangan Soeharto dimuat. Nggak percaya toh Letnan Kolonel bisa ambil inisiatif," kata Salim.
Di sisi lain, film perjuangan Janur Kuning 1979 dan Serangan Fajar 1981 rilis.