Wijaya Herlambang mengatakan dalam Kekerasan Budaya Pasca 1965 (2013) bahwa film-film heroisme produksi Orde Baru bukan sebuah karya seni, melainkan instrumen politik propaganda politik untuk melegitimasi kekuasaannya.
Baca Juga: KUR BRI 2023 Sudah Dibuka Maret? Ajukan Pinjaman dengan Cara Berikut
Dia mengutip Arifin C Noer dari Irawanto dalam Film, Ideologi dan Militer (199) bahwa dalam konteks film serangan fajar tidak lebih dari sebuah cerita fiktif belaka yang menggunakan latar sejarah.***