Hermono, yang menjenguk Nani, melihat bekas luka-luka di beberapa bagian tubuhnya dengan jelas. Nani juga mengatakan bahwa rambutnya dipotong secara paksa saat ia diseret ke kamar mandi.
Hermono memperkirakan bahwa berat badan Nani telah menurun sekitar 10 kilogram atau bahkan lebih jika dibandingkan dengan foto di paspornya.
Selain itu, Hermono juga meminta agar Kepolisian Malaysia menuntut majikan laki-laki yang telah membiarkan penyiksaan terhadap Nani oleh istrinya.
Baca Juga: Kepala BRIN Dukung Polisi Usut Tuntas Kasus AP Hasanudin atas Ancaman terhadap Warga Muhammadiyah
“Ini penting, sebagai efek jera untuk majikan yang kejam. Jika penegakan hukum tidak ditegakkan secara tegas, maka kekerasan dan eksploitasi terhadap PRT Indonesia akan terus berlanjut,” kata dia menegaskan.
Hermono, sebagai dubes yang mnjabat selama 2,5 tahun, merasa heran mengapa kekerasan dan eksploitasi terhadap PRT Indonesia masih terus terjadi.
KBRI Kuala Lumpur hampir setiap hari menerima laporan tentang perlakuan tidak manusiawi terhadap PRT Indonesia, sementara hampir tidak pernah terdengar kasus serupa yang dialami oleh pekerja migran dari negara lain. KBRI selalu penuh dengan PMI yang meminta perlindungan di rumah penampungan (shelter) mereka.
Menurut Hermono, sebagian besar kasus yang dihadapi oleh PMI adalah terkait dengan pembayaran gaji yang belum diterima. Bahkan, ada beberapa kasus di mana PMI tidak menerima gaji selama lebih dari 10 tahun, meskipun majikan mereka memiliki kekayaan yang cukup.
Menurutnya, akar permasalahannya mungkin terletak pada sikap merendahkan (superiority complex) sebagian orang Malaysia terhadap PMI dan kurangnya ketakutan terhadap konsekuensi hukum.