Sebut Pantun sebagai Penguatan Karakter, Kemendikbud Ingin Digunakan untuk Pergaulan Sehari-hari

18 Desember 2020, 14:14 WIB
Ilustrasi puisi dan pantun./ /Pixabay.com/Andreas160578

PR DEPOK - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengatakan pantun penting untuk penguatan karakter siswa.

"Setelah ditetapkan Unesco sebagai Warisan Budaya Takbenda, kami ingin pantun semakin dikenal dan digunakan masyarakat. Terutama siswa karena pantun penting untuk penguatan karakter siswa," kata Hilmar seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari ANTARA.

Sebelumnya, UNESCO menetapkan pantun sebagai Warisan Budaya Tak benda pada tanggal 17 Desember 2020, tepatnya saat sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage yang diadakan secara daring.

Baca Juga: Minta Aparat Kepolisian Jangan Takuti Massa Aksi Demo 1812, Dewi Tanjung: Tangkap atau...

Nominasi Pantun yang diajukan secara bersama oleh Indonesia dan Malaysia ini menjadi tradisi budaya Indonesia ke-11 yang diakui oleh UNESCO, setelah sebelumnya Pencak Silat diinskripsi sebagai Warisan Budaya Takbenda pada tanggal 12 Desember 2019.

Komite Intangible Cultural Heritage UNESCO menilai pantun memiliki arti penting bagi masyarakat bukan hanya sebagai alat komunikasi sosial namun juga kaya akan nilai-nilai yang mejadi panduan moral.

Pesan yang disampaikan melalui Pantun umumnya menekankan keseimbangan dan harmoni hubungan antar manusia.

Baca Juga: Berlaku 18 Desember 2020, Berikut 10 Poin Pemprov DKI dalam Pencegahan Covid-19 Jelang Nataru 2021

Bagi Indonesia, keberhasilan penetapan Pantun sebagai Warisan Budaya Takbenda tidak lepas dari keterlibatan aktif berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta komunitas.

Berbagai komunitas terkait Pantun, yakni Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), Lembaga Adat Melayu, Komunitas Joget Dangdung Morro, Komunitas Joget Dangdung Sungai Enam, Komunitas Gazal Pulau Penyengat, Sanggar Teater Warisan Mak Yong Kampung Kijang Keke.

Kemudian Universitas Maritim Raja Ali Haji, serta sejumlah individu dan pemantun Indonesia, termasuk dua orang maestro Pantun Indonesia, yaitu HM Ali Achmad dan OK Nizami Jamil.

Baca Juga: Jadi Saksi Kasus Korupsi PT Dirgantara Indonesia, KPK Panggil Tiga Pensiunan TNI

Sementara itu, disinggung mengenai pelestarian di kalangan siswa, Hilmar menjelaskan pelajaran mengenai pantun, ada di dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

"Namun belum mendapatkan sorotan. Kami ingin ke depan dengan penetapan Unesco ini, pantun semakin ditonjolkan," ujarnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan bukan hanya sarana untuk berekspresi melainkan juga agar melatih kreativitas anak dalam bermainan kata.

Baca Juga: Kontras Sebutkan Kejanggalan Rekonstruksi Laskar FPI, Anton Charliyan: Ada Bukti Baru

Selain itu, dirinya juga mengajak para guru untuk mempopulerkan pantun, dengan melatih siswa membuat pantun.

"Bikin aja dulu, nanti juga pelan-pelan akan menjadi kebiasaan. Jika nanti menjadi pergaulan akan semakin indah," tuturnya.

Selain itu, dirinya memberi contoh bagaimana pada film-film Hollywood yang mana pada dialognya mengutip karya sastra besar dan itu luar biasa.

Baca Juga: Ketersediaan Vaksin Covid-19, Airlangga Hartarto: Tingkatkan Kepercayaan Publik

Oleh karena itu, pihaknya ingin agar pantun dapat menjadi bagian dari pergaulan sehari-hari.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler