Kemudian semuanya akan memicu aterosklerosis, penyakit arteri yang mendasari sebagian besar serangan jantung dan stroke.
Tim Tawakol juga menjelaskan bahwa neuroimaging canggih memungkinkan untuk secara langsung mengukur dampak stres pada berbagai jaringan tubuh, termasuk otak.
Para peneliti sekarang sedang menyelidiki dampak dari program pengurangan stres yang disebut SMART-3RP (Stress Management and Resiliency Training-Relaxation Response Resiliency Program) pada otak serta faktor biologis yang memicu aterosklerosis.
Program ini dirancang untuk membantu orang mengurangi stres dan membangun ketahanan melalui teknik pikiran-tubuh seperti meditasi berbasis kesadaran, yoga, dan tai chi.
Teknik tersebut dipercaya dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, yang dapat menenangkan otak dan tubuh.
Menurut para peneliti, salah satu cara terbaik untuk meminimalkan reaksi tubuh mereka yang merusak jantung terhadap stres adalah melalui latihan fisik biasa.
Latihan fisik dipercaya dapat membantu mengurangi stres dan peradangan di seluruh tubuh.
Baca Juga: Verrel Bramasta dan Natasha Wilona Liburan Bareng Keluarga ke Dubai, Pertanda Balikan?
Selain itu, kurang tidur juga dapat meningkatkan stres dan meningkatkan peradangan arteri.