Guna Pantau Taliban, AS Minta Akses Pangkalan Militer Rusia di Afghanistan

29 September 2021, 10:41 WIB
Ilustrasi - Amerika Serikat (AS) meminta Rusia memberikan akses ke pangkalan militernya di Afghanistan untuk memantau Taliban. /Pixabay/MikeGoad.

PR DEPOK - Amerika Serikat (AS) baru-baru ini meminta Rusia untuk memberikan akses ke pangkalan militer mereka di Afghanistan.

Berdasarkan kabar yang dihimpun, permintaan AS untuk bisa mengakses pangkalan militer Rusia itu guna memantau Taliban di Afghanistan.

Permintaan AS tersebut dikonfirmasi oleh beberapa sumber di Rusia ketika Amerika memanggil kembali proposal Presiden Rusia Vladimir Putin.

Baca Juga: Novel Baswedan Cs Diduga Akan Tolak Tawaran dari Kapolri tuk Jadi ASN Polri, Mustofa: Mereka Serba Salah

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Bulgarian Military, Rabu 29 September 2021, selama pertemuan antara Jenderal AS Mark Millie dan mitranya dari Rusia Valery Gerasimov, gagasan ini diangkat.

Dikonfirmasi juga, kedua jenderal tersebut membahas kemungkinan tindakan di masa depan untuk menerapkannya.

Menurut Jenderal Mark Milley, penggunaan pangkalan militer Rusia akan diperlukan jika Amerika Serikat ingin memantau Taliban atau meluncurkan serangan udara.

Baca Juga: Novel Baswedan Cs Kerap Dilabeli Taliban tapi akan Direkrut Polri, Mahfud MD: Nanti Tugasnya Diatur Lagi

Seorang perwira militer senior Pentagon berdiskusi dengan mitranya dari Rusia tentang usulan nyata dari Vladimir Putin untuk menggunakan pangkalan militer mereka di Afghanistan.

Permintaan AS tersebut, menurutnya, memang diperuntukkan menanggapi setiap ancaman teroris yang muncul di Afghanistan.

Jenderal Mark Milley mengangkat masalah ini atas permintaan staf Dewan Keamanan Nasional Presiden Biden pada pertemuan Rabu lalu dengan Kepala Staf Rusia Valery Gerasimov.

Baca Juga: Segera Login Dashboard www.prakerja.go.id untuk Info Pembukaan Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 22

Sementara itu, analis Rusia mengatakan Moskow kemungkinan akan menyetujui proposal tersebut, mengingat itu awalnya berasal dari presiden Rusia.

Dikabarkan, AS dan Rusia telah berhasil bersatu di belakang “musuh bersama” di bagian benua Asia ini, yaitu gerakan Taliban.

Para ahli percaya bahwa kerja sama terkoordinasi antara dua negara militer terkuat di dunia tersebut dapat memiliki efek positif pada hubungan mereka.

Sejak artikel dipublish, bagaimanapun belum ada komentar resmi pihak Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia.

Baca Juga: Respons Isu PKI yang Masuk ke TNI, Hilmi Firdausi: Jangan Sinis kepada Orang yang Waspada Kebangkitan PKI

Situasi di Afghanistan

Setelah kehadiran 20 tahun pada tanggal 31 Agustus, pasukan negeri Paman Sam resmi meninggalkan Afghanistan.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pihaknya telah melakukan apa yang ingin dilakukannya yaitu melenyapkan Al Qaeda.

Joe Biden menegaskan Al Qaeda bertanggung jawab atas serangan 9/11 dan mencegah Afghanistan menjadi pusat terorisme.

Baca Juga: Warga Usir Petugas Vaksin di Aceh, Prof. Zubairi: Memprihatinkan, Semoga Tidak Terulang

Menurut sebuah laporan intelijen AS, setidaknya 20 kelompok teroris kecil saat ini beroperasi di Afghanistan, deradikalisasi selama 20 tahun terakhir karena kehadiran asing.

Berbagai laporan menunjukkan teroris Al Qaeda bergabung dengan Taliban dan ISIS akan hadir di Afghanistan.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Bulgarian Military

Tags

Terkini

Terpopuler