Israel Sudah Bicara dengan Rusia, Ini Tuntutan Baru Vladimir Putin ke Ukraina agar Perang Berakhir

9 Maret 2022, 14:25 WIB
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett bersama pejabat negara. Yerusalem dikabarkan sudah berbicara dengan Rusia dan Ukraina untuk menghentikan peperangan. /Abir Sultan/Reuters

PR DEPOK – Israel dikabarkan sudah melakukan pembicaraan dengan Rusia terkait invasi ke Ukraina.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett sudah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai upaya menjadi penengah kedua pihak.

Para pejabat Israel mengatakan Rusia telah melunakkan tuntutan ke Ukraina, tetapi kemungkinan akan menggandakan serangan yang lebih masif jika tidak ada penyerahan.

Baca Juga: Retno Marsudi Ungkap Kendala dalam Proses Evakuasi WNI di Ukraina, Menlu: Ini Situasi Nggak Normal

Israel yakin Ukraina berada di persimpangan jalan yang kritis dan harus memutuskan antara tawaran gencatan senjata yang diajukan oleh Rusia.

Jika tidak, maka Ukraina mengambil risiko invasi fase baru yang jauh lebih merusak dalam perang.

Bennett dilaporkan tidak mengajukan proposal gencatan senjata Israel kepada salah satu pemimpin, dan cukup dengan menyampaikan pesan dari satu pemimpin ke pemimpin lainnya.

Baca Juga: Bansos BPNT Kartu Sembako Masih Dibuka! Simak Cara Cek Penerima Bantuan di Website cekbansos.kemensos.go.id

Dukutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Times of Israel, pejabat Israel mengatakan kedua belah pihak telah melunakkan sikap Rusia.

Rusia menurut mereka tidak akan menuntut perubahan rezim di Ukraina dan tidak lagi ingin seluruh negara didemiliterisasi, tetapi hanya wilayah Donbas di timur.

Sementara itu, Zelensky mengatakan bahwa dia telah menenangkan diri mengenai rencana untuk bergabung dengan NATO.

Baca Juga: Mudah, Berikut Cara Melakukan Perpanjangan SIM secara Online Lewat HP

Sebelumnya, Rusia dalam ultimatumnya akan menarik kembali pasukan segera jika Ukraina berhenti berperang mengakui Krimea sebagai Rusia, mengesahkan undang-undang yang mengikatnya pada netralitas, yang akan menjauhkannya dari NATO, dan mengakui wilayah separatis Donetsk dan Lugansk sebagai wilayah yang merdeka.

Akan tetapi, Volodymyr Zelensky menggambarkan tuntutan itu terlalu jauh dan mengindikasikan dia tidak percaya bahwa Rusia sedang bernegosiasi dengan itikad baik.

"Kami tidak siap untuk menyerah karena ini bukan tentang saya, ini tentang orang-orang yang memilih saya," katanya.

Baca Juga: Cara Daftar Bansos Anak Sekolah Online 2022 agar Siswa SD, SMP, dan SMA Dapat BLT Rp4,4 Juta

Presiden Vladimir Putin awalnya menyebut invasi sebagai operasi khusus untuk melindungi wilayah Donbas yang separatis dengan demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.

Sejauh ini, Israel dan negara barat tidak memiliki niat untuk menekan Voldymyr Zelensky untuk membuat satu pilihan atau yang lain atas tuntutan Rusia.

Akan tetapi, mereka yakin dia sekarang harus mengambil keputusan yang tegas.

Baca Juga: Berharap Usaha Karaoke Bisa Beroperasi Normal, Inul Daratista ke Luhut: Biar Karyawan Kerja Tanpa Potong Gaji

Jika ia menerima tuntutan Rusia, maka kemungkinan menghadapi reaksi publik yang intens dan secara resmi kehilangan bagian dari negaranya.

Sebaliknya, jika Ukraina tetap melawan Rusia, maka kemungkinan akan memicu fase perang yang jauh lebih berdarah dan membawa lebih banyak kehancuran.

Pejabat Amerika Serikat percaya bahwa Vladimir Putin mungkin meningkatkan serangan, yang telah menewaskan ratusan warga sipil menurut perkiraan konservatif dan memicu eksodus pengungsi terbesar di Eropa dalam beberapa dekade.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Times of Israel

Tags

Terkini

Terpopuler