Gegara Ancaman Resesi, Google Setop Perekrutan hingga MIcrosoft PHK Pekerja

14 Juli 2022, 14:02 WIB
Ilustrasi - Google dan Microsoft terkena imbas ancaman resesi. Kedua perusahaan besar AS itu harus setop perekrutan hingga PKH sejumlah pekerja. /Pixabay/geralt.

PR DEPOK - Google dan Microsoft dikabarkan telah memutuskan untuk mengurangi karyawan baru akibat ekonomi AS yang dilanda inflasi mengancam akan mengarah ke resesi penuh.

Dalam emailnya kepada staf, CEO Google Sundar Pichai mengumumkan bahwa perekrutan karyawan baru akan melambat untuk sisa tahun 2022 ini.

Lebih lanjut, CEO Google ini menjelaskan bahwa perusahaan akan fokus pada peran teknik, teknis, dan kepentingan llainnya.

Buntut dari hal tersebut, Sundar Pichai meminta pekerja untuk lebih berpikir mengarah pada berwirausaha, bekerja dengan urgensi yang lebih besar, dan fokus lebih tajam.

Baca Juga: Partai 5 Star Movement Tolak Ikut Bagian Mosi Tidak Percaya pada Parlemen, Pemerintahan Italia Terancam Bubar?

"Prospek ekonomi global sedang tidak pasti," kata orang tertinggi di Google ini, sebagaimana Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Reuters.

Sementara itu, Microsoft berusaha untuk mengecilkan PHK yang memengaruhi kurang dari 1 persen dari 180.000 orang perusahaan.

"Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi prioritas bisnis kami secara teratur, dan membuat penyesuaian struktural yang sesuai," tutur pihak Microsoft.

Mereka berjanji untuk berinvestasi dalam bisnis kami dan menumbuhkan jumlah pekerja secara keseluruhan di tahun mendatang.

Baca Juga: Pemprov DKI Batal Pisahkan Tempat Duduk Wanita dan Pria di Angkot, Ahmad Riza Patria Ungkap Alasannya

Selain melakukan PHK terhadap sejumlah pekerja di pekan ini, Microsoft juga dikabarkan telah mengurangi perekrutan pada grup Windows dan Office sejak Mei lalu.

Di sisi lain, Meta, perusahaan induk Facebook, telah memangkas target perekrutan baru sebesar 30 persen.

CEO Mark Zuckerberg dilaporkan memberi tahu karyawan bahwa raksasa media sosial itu sedang menderita.

Sebagai informasi, inflasi yang terjadi di AS berjalan pada level tertinggi dalam waktu 40 tahun terakhir dengan sentimen konsumen yang sama berada di titik terendah.

Baca Juga: Parlemen Sri Lanka Belum Terima Surat Pengunduran Diri Gotabaya Rajapaksa, Rakyat Beraksi

Kabarnya, Federal Reserve telah berusaha untuk mengendalikan pertumbuhan harga yang tidak terkendali dengan menaikkan suku bunga.

Akan tetapi, solusi kenaikan suku bunga ini menurut analis berisiko memicu resesi karena utang besar yang dibawa oleh rata-rata orang AS menjadi tidak terkendali.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler