Temukan Teori Terbaru, Ilmuwan Tiongkok Klaim Pandemi Covid-19 Berasal dari India

- 30 November 2020, 22:44 WIB
ilustrasi penelitian.
ilustrasi penelitian. /Pixabay/DarkoStojanovic/

PR DEPOK - Memasuki penghujung tahun, hingga kini pandemi Covid-19 masih menyerang dunia. Virus yang mudah menyebar ini belum diketahui pasti kapan akan berakhir.

Pada awal kemunculannya, virus corona atau SARS-CoV-2 ini diketahui berasal dari kota Wuhan, Tiongkok, tepatnya dari kelelawar yang dijual di pasar perdagangan hewan-hewan liar.

Namun, sejumlah peneliti dari Tiongkok baru-baru ini mengklaim bahwa asal mula pandemi Covid-19 sebenarnya bukan dari Wuhan, melainkan dari India.

Baca Juga: Besok 1 Desember, Fadli Zon Beri Saran Panglima TNI agar Berkantor di Papua, Ada Apa?

Dalam sebuah terbitan jurnal ilmiah, mereka mengakui mempunyai teori baru yang menyatakan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari India.

Makalah penelitian tersebut diketahui sudah ditinjau oleh para ahli (peer review) dan diterbitkan dalam jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution serta ditulis oleh Shen Libing, dari Biological Sciences, Shanghai Institute.

Menurut makalah penelitian yang berjudul 'The Early Cryptic Transmission and Evolution of SARS-CoV-2 in Human Hosts' mengklaim bahwa virus corona sudah ada sebelumnya di India dan Bangladesh.

Baca Juga: Viral Video Seruan Jihad Melalui Azan, Wamenag: Tidak Relevan, Tak Bisa Diartikan sebagai Perang

Namun, menurut laporan Deccan Herald, studi tersebut belum ditinjau oleh para ahli di Tiongkok.

Kemudian, para penulis dalam penelitian itu mengklaim bahwa berdasarkan sejarah evolusi epidemi di Tiongkok, epidemi yang dibawa oleh kelelawar sebetulnya tidak ada hubungannya dengan epidemi yang ditularkan oleh manusia.

Atas dasar tersebut, Shen mengklaim bahwa pandemi Covid-19 tidak bisa dideteksi secara dini.

Lalu mereka juga menggunakan metode baru dimana mereka menghitung jumlah mutasi di setiap jenis epidemi. Strain dengan lebih banyak mutasi sudah ada lebih lama. Sementara lebih sedikit mutasi diklaim lebih dengan dengan asal usul SARS-CoV-2.

Baca Juga: PKS Rilis Logo Terbaru, Sindiran Fahri Hamzah: Supaya Tidak Bayar Utang, Ampun Deh Kasian Kader

Para ahli lalu menemukan bahwa beberapa strain mempunyai mutasi lebih sedikit daripada yang pertama kali dikumpulkan di Wuhan.

Itu artinya, kata shen pada South China Morning Post, seharusnya Wuhan tidak menjadi tempat pertama dimana penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia terjadi.

Lebih lanjutnya, Shen mengungkapkan bahwa strain yang paling sedikit bermutasi ditemukan di delapan negara dari empat benua yaitu Australia, Bangladesh, Yunani, Amerika Serikat, Rusia, Italia, India, dan Republik Ceko.

Penulis mengklaim bahwa Covid-19 tak bisa ditularkan ke manusia dari semua tempat ini pada waktu yang bersamaan.

Baca Juga: PA 212 Sebut Jutaan Umat Akan Kawal HRS ke PMJ, Polri: Negara Tidak Boleh Kalah dengan Premanisme

Menurut penulis, area pertama yang mencatat penularan wabah Covid-19 seharusnya yang mempunyai keragaman genetik terbesar, menunjukkan bahwa wabah tersebut sudah ada lebih lama.

Shen lalu mengklaim bahwa tak ada provinsi atau wilayah yang mempunyai keanekaragaman virus lebih besar daripada India dan Bangladesh.

"Informasi geografis tentang galur yang paling sedikit bermutasi dan keragaman galur menunjukkan bahwa India adalah tempat paling awal penularan SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia," ucap Shen seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Vocket pada Senin 30 November 2020.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Tommy Soeharto Ancam Pengganggu FPI Akan Berhadapan dengan Keluarga Cendana

Bahkan, menurut laporan BC Focus, para penulis kemudian menyalahkan cuaca yang mungkin menjadi pemicu wabah Covid-19 di India.

Dugaan tersebut muncul berdasarkan dari kejadian pada Mei 2019 lalu, dimana India dilanda cuaca yang sangat panas. Hal itu menyebabkan manusia dan hewan di India mengambil air minum dari tempat yang sama.

"Ini meningkatkan kemungkinan penyebaran epidemi ke manusia, ujar Shen.

Namun meski begitu, tuduhan Shen tersebut lalu dipertanyakan oleh beberapa pihak. Mereka mengklaim bahwa prinsip penelitian dan perangkat lunak yang digunakan tidak memenuhi tingkat yang diharapkan untuk jenis analisis filogenetik ini.

Baca Juga: Bima Arya Akan Ambil Langkah Hukum Soal HRS, Rocky Gerung: Semoga Dia Kembali Jadi Intelektual

"Memilih urutan virus yang tampak sedikit berbeda dari yang lain dalam kelompok acak tidak mungkin menghasilkan 'benih' virus," kata Marc Suchard seorang profesor di Departemen Biostatistik dan Genetika Manusia di Universitas California, Los Angeles.

Bahkan, akibat penemuan itu, Shen ditantang oleh Mukesh Thakur yang merupakan seorang ahli virologi pemerintah India yang aktif dalam Studi Zoologi India.

Thakur menekankan bahwa argumen yang dikemukakan oleh peneliti Tiongkok tersebut tidak kuat.

Lalu berdasarkan laporan First Post, media asing menanyakan apakah tuduhan itu adalah pernyataan resmi dari pemerintah Tiongkok atau bukan.

Baca Juga: Habib Rizieq Akan Diperiksa Polda Besok, Polisi: Datang Baik-baik, tak Usah Bawa Simpatisan!

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijian kemudian mengatakan bahwa meskipun Tiongkok merupakan negara pertama yang melaporkan adanya wabah tersebut. Namun, belum tentu Tiongkok menjadi tempat kelahiran wabah Covid-19.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: The Vocket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x