FBI Rilis Dokumen Rahasia 9/11, Curiga Arab Saudi Terlibat pada Serangan Paling Mematikan di AS

- 13 September 2021, 14:48 WIB
Ilustrasi.
Ilustrasi. /REUTERS/Evelyn Hockstein.

PR DEPOK - FBI dilaporkan telah merilis dokumen rahasia yang berkaitan dengan serangan pada 21 September 2001 atau 9/11 di Amerika Serikat (AS).

Dokumen yang telah dideklasifikasi FBI ini mengaitkan antara Arab Saudi dan dua penyerang dalam insiden 9/11.

Namun sejauh ini, tidak ada bukti kuat bahwa kerajaan Arab Saudi terlibat langsung dalam serangan paling mematikan di AS pada dua dekade lalu.

Baca Juga: Akui Rocky Gerung Hebat dan Otaknya Jenius, Gus Umar: kalau Dia 1 Kubu dengan Ngabalin Pasti Jadi Mendikbud

Mengikuti perintah eksekutif dari Presiden AS Joe Biden, FBI menerbitkan sebuah dokumen pada peringatan 20 tahun serangan di mana 2.977 orang dibunuh oleh Al Qaeda di New York, Pennsylvania, dan Virginia.

Keluarga korban adalah pihak dalam gugatan terhadap Arab Saudi dan menuduh negara itu terlibat. Pasalnya, dari 19 pembajak pesawat pada 9/11, sebanyak 15 di antaranya adalah warga negara Saudi.

Kedutaan Saudi di AS menyambut baik rilis dokumen tersebut, namun menyatakan bahwa semua tuduhan keterlibatan Saudi dalam serangan itu "berbahaya" dan keliru.

Arab Saudi telah lama menjadi subyek spekulasi tentang hubungan dengan penyerang 9/11, meskipun komisi 9/11 tidak menemukan bukti bahwa ada pejabat senior atau pemerintah Saudi yang terlibat.

Baca Juga: Cara Daftar DTKS Kemensos untuk Dapatkan Bansos 2021, Lengkap dengan Syarat dan Cara Cek Nama Penerima

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Middle East Eye, Senin 13 September 2021, dokumen yang dirilis tidak menunjukkan hubungan langsung yang jelas antara Arab Saudi dan para pembajak.

Namun, dokumen tersebut merinci hubungan antara pembajak dan warga negara Saudi yang berbasis di negeri Paman Sam.

Dokumen setebal 16 halaman itu menunjukkan hubungan antara seorang pria bernama Omar al-Bayoumi dan dua agen Al Qaeda, Khalid al-Mihdhar, dan Nawaf Al Hazmi.

Bayoumi adalah mantan pegawai negeri sipil yang bekerja di penerbangan sipil, yang saat itu resmi menjadi mahasiswa di California.

Baca Juga: Studi Terbaru: Orang yang Lama Mengidap Covid-19 Ternyata Berisiko Terkena Demensia

Gugatan yang diajukan oleh keluarga korban menuduh bahwa dia bertindak sebagai agen Saudi pada tahun 2000 dan 2001.

Bayoumi mengklaim dirinya hanya sepintas mengenal Mihdhar dan Hazmi, yang merupakan bagian dari tim yang menerbangkan American Airlines Penerbangan 77 menabrak Pentagon.

Bayoumi telah melalui interogasi rutin dalam beberapa bulan terakhir tentang hubungannya dengan serangan tersebut.

Sumber memo, disebut sebagai PII, yang diwawancarai pada 2009 dan 2015, merinci korespondensi dan pertemuan antara Bayoumi dan kedua pria itu setelah mereka tiba di AS pada 2000.

Baca Juga: Kapan Pengumuman Lolos Kartu Prakerja Gelombang 20? Berikut ini Bocoran Estimasi Jadwalnya

Sumber tersebut juga mengklaim Bayoumi memiliki "status sangat tinggi" di konsulat Kerajaan Arab Saudi di AS.

"Bantuan Bayoumi untuk Hamzi dan Midha termasuk penerjemahan, perjalanan, penginapan dan pembiayaan," kata dokumen itu.

Mihdhar dan Hazmi juga diduga bertemu dengan seorang pria bernama Fahad al-Thumairy, seorang pejabat konsuler Saudi di Los Angeles dan imam Masjid Raja Fahad di sana.

Thumairy mengaku tidak pernah bertemu dengan para pembajak, tetapi para saksi melaporkan sebelumnya dengan mengatakan kepada agen FBI bahwa mereka telah melihat para pembajak bertemu dengan Thumairy.

Baca Juga: Cara Daftar Bansos Online 2021 agar Terdata di cekbansos.kemensos.go.id

Dokumen FBI menunjukkan Hazmi dan Mihdhar melakukan kontak dengan Bayoumi, Thumairy, dan sumbernya sendiri, sementara dua pembajak berada di California.

Melalui pertemuan, panggilan telepon, dan kontak lainnya, dokumen tersebut juga menghubungkan Bayoumi dan Thumairy dengan Anwar al-Awlaki, seorang ideolog Al Qaeda kelahiran AS yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2011.

Sementara itu, baik Bayoumi dan Thumairy dilaporkan meninggalkan AS hanya beberapa minggu sebelum serangan.

Penantian selama puluhan tahun

Baca Juga: Ngabalin Minta Sentul City Gaspol Penjarakan Rocky Gerung, Panca: Nafsu Amat Lihat Orang Dipenjara

Keluarga korban telah lama menekan pemerintah AS untuk merilis dokumen terkait investigasi 9/11. Tiga presiden sebelumnya telah menolak untuk membuka rahasia dokumen apa pun.

Jim Kreindler, salah satu pemimpin gugatan mereka, mengatakan dokumen itu mengesahkan klaim bahwa pemerintah Saudi membantu para pembajak.

Anggota keluarga korban baru-baru ini juga meminta pengawas pemerintah AS untuk menyelidiki kecurigaan mereka bahwa FBI berbohong atau menghancurkan bukti yang menghubungkan Riyadh dengan para pembajak.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Middle East Eye


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x