Selama berhari-hari setelah serangan 29 Agustus, pejabat Pentagon menegaskan bahwa itu telah dilakukan dengan benar, meskipun 10 warga sipil tewas, termasuk tujuh anak-anak.
Menurut laporan berita lapangan, bahwa pengemudi kendaraan yang ditargetkan adalah seorang karyawan lama di sebuah organisasi kemanusiaan Amerika.
Selain itu, juga tidak adanya bukti untuk mendukung pernyataan Pentagon bahwa kendaraan tersebut mengandung bahan peledak.
Serangan udara tersebut adalah yang hantaman terakhir dari perang AS setelah memulai menginvasi Afghanistan pada 2001, dengan Taliban berkuasa di Kabul.
Sebelum serangan itu, menurut McKenzie, intelijen AS telah mengindikasikan kemungkinan bahwa Toyota Corolla putih akan digunakan dalam serangan terhadap pasukan AS.
Baca Juga: Terkait Dugaan Pencemaran Nama Baik, Atta Halilintar Laporkan YouTuber Savas Fresh ke Polisi
Pada pagi 29 Agustus, kendaraan semacam itu terdeteksi di sebuah kompleks di Kabul yang oleh intelijen AS dalam 48 jam sebelumnya telah ditentukan digunakan oleh ISIS-K untuk merencanakan dan memfasilitasi serangan.
Kendaraan itu dilacak oleh pesawat tak berawak AS dari kompleks tersebut ke berbagai lokasi lain sebelum keputusan dibuat untuk menyerangnya pada titik hanya beberapa mil dari bandara Kabul, kata McKenzie.
"Jelas intelijen kami salah pada Toyota Corolla putih ini," ungkapnya.