Dengan demikian, utang luar negeri melampaui pendapatan nasional bruto (GNI-Gross National Income) dan pertumbuhan ekspor, dengan rasio utang luar negeri terhadap GNI, tidak termasuk China, naik lima poin persentase menjadi 42 persen pada tahun 2020, sementara rasio utang terhadap ekspor mereka melonjak menjadi 154 persen pada 2020 dari 126 persen pada 2019.
Lalu, arus masuk bersih dari kreditur multilateral ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah naik menjadi 117 miliar dolar AS pada tahun 2020, level tertinggi dalam satu dekade.
Baca Juga: Soroti Libur Maulid Nabi yang Digeser, dr Andi Khomeini: Gak Perlu Kecuali Ada Hal yang Memaksa
Maka dari itu, ia pun mendesak upaya-upaya komprehensif untuk membantu negara-negara mencapai tingkat utang luar negeri yang lebih berkelanjutan.
"Kami membutuhkan pendekatan komprehensif untuk masalah utang, termasuk pengurangan utang, restrukturisasi yang lebih cepat dan transparansi yang lebih baik," kata Malpass.
Malpass mengatakan tingkat utang luar negeri yang berkelanjutan diperlukan untuk membantu negara-negara mencapai pemulihan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
Ia pun menyebutkan bahwa upaya restrukturisasi utang luar negeri sangat dibutuhkan mengingat berakhirnya Inisiatif Penangguhan Layanan Utang (DSSI) Kelompok 20 ekonomi utama pada akhir tahun ini, yang telah menawarkan penangguhan sementara pembayaran utang.
Sementara itu, Carmen Reinhart, kepala ekonom Bank Dunia, mengatakan tantangan yang dihadapi negara-negara berhutang tinggi bisa menjadi lebih buruk karena suku bunga naik.
Jadi, Bank Dunia akan memperluas laporan 2022 untuk meningkatkan transparansi tentang tingkat utang global dengan menyediakan data utang luar negeri yang lebih rinci dan terpilah.***