Mantan Mata-mata Bocorkan Aksi Intelijen Korea Utara Memburu Pemberontak

- 14 Oktober 2021, 18:30 WIB
Ilustrasi mata-mata.
Ilustrasi mata-mata. /PIXABAY/mohamed_hassan/PIXABAY

PR DEPOK – Baru-baru ini seorang mantan mata-mata dari Intelijen Korea Utara membocorkan fakta negara tersebut memburu para pemberontak.

Korea Utara yang merupakan negara yang sangat tertutup menjadi alasan begitu sedikit hal yang bisa diketahui, termasuk pergerakan intelijen dan mata-mata mereka.

Bahkan, sebagian besar kisah di Korea Utara diperoleh dari intelijen negara asing atau bahkan cerita dari yang menjadi pemberontak negara itu.

Baca Juga: Spoiler Ikatan Cinta 14 Oktober 2021: Mama Rosa Dibuat Depresi dengan Ancaman Peneror, Iqbal Puas

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com d ari The Vocket, seorang mantan mata-mata Korea Utara bernama Kim Kuk-song yang termasuk salah seorang pemberontak baru-baru ini mengisahkan beberapa hal terkait.

Ia mengisahkan sebuah organisasi intelijen yang ditugaskan untuk 'menghancurkan' seorang perwira yang memberontak dengan Korea Utara dan bergabung dengan Korea Selatan.

Ia menjelaskan bahwa selama masa Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un yang menderita stroke kronis, Korea Utara telah mendirikan sebuah badan intelijen yang disebut General Bureau of Reconnaissance (RGB) pada tahun 2009.

Adapun pendirian organisasi intelijen itu menjelang Kim bersiap untuk menggantikan ayahnya.

Menurutnya, Kim Kuk-song pada Mei 2009, membentuk 'satuan tugas teror' untuk membunuh seorang mantan pejabat Korea Utara, Hwang Jang-yop yang membelot ke Korea Selatan.

Misi tersebut dilakukan untuk memuaskan 'nafsu' pemimpin puncak, ayah Kim Jong-un, karena pejabat tersebut telah merendahkan Korea Utara.

Baca Juga: Geram Masih Banyak Warga Tolak Vaksinasi, Presiden Filipina Usulkan Suntik Vaksin Covid-19 Saat Warga Tidur

"Bagi Kim Jong-un, itu adalah tindakan untuk memuaskan pemimpin tertinggi (ayahnya)," kata Kim Kuk-song.

Bahkan menurutnya, ia yang mengarahkan dan menjalankan misi tersebut.

Alasan pengejaran ini karena Hwang Jang-yop adalah salah satu pejabat paling terpercaya di Korea Utara.

Tindakannya memberontak dan bergabung dengan Korea Selatan pada tahun 1997 telah meninggalkan bekas luka yang dalam bagi pemimpin tertinggi Korea Utara.

Jadi, tindakan yang dilakukan oleh Hwang tidak dapat diterima dan dimaafkan oleh keluarga Kim Jong-un.

Namun, tim intelijen khusus yang dikirim untuk membunuh Hwang gagal menyelesaikan misi tersebut.

Bahkan dua perwira Korea Utara yang dikirim untuk menjalankan misi tersebut ditangkap dan dipenjarakan di Seoul.

Baca Juga: Bisakah Sisa Saldo Pelatihan Kartu Prakerja Dicairkan? Berikut Penjelasannya

Lebih lanjut, Kim Kuk-song, di Korea Utara kekerasan dan pembunuhan merupakan alat politik 'umum' yang digunakan untuk melindungi kepentingan individu tertentu.

Jadi menurutnya jika suatu misi berhasil akan dianggap sebagai hadiah paling istimewa dari Kim Jong-un untuk ayahnya.

Sejak berdirinya RGB, telah terjadi berbagai aksi kekerasan dari Korea Utara.

Setahun setelah pembentukan badan intelijen, pada 2010, kapal angkatan laut Korea Selatan, Cheonan ditembaki oleh rudal yang merenggut 40 nyawa.

Korea Utara dalam pernyataannya dengan keras membantah tuduhan Korea Selatan.

Serangan tersebut lantas menuai banyak perdebatan di kalangan pengamat politik hingga saat ini.

Mereka kebanyakan bertanya-tanya siapa yang bertindak untuk memberi perintah untuk menyerang Korea Selatan.

Sementara itu, Kim Jon-un sendiri membantah tudingan bahwa dirinya terlibat langsung dalam operasi yang memakan banyak korban jiwa.

Baca Juga: Sinopsis Amanah Wali 5 Kamis, 14 Oktober 2021: Rencana Awal Apoy dan Rohmat Berjalan Mulus, Lee Kelabakan

Akan tetapi, bagi Kim Kuk-song, kejadian seperti itu tidak akan terjadi tanpa perintah dari atasannya.

“Di Korea Utara, bahkan jika sebuah jalan dibangun, itu tidak akan dilakukan tanpa persetujuan langsung dari Pemimpin Tertinggi. Serangan di Pulau Cheonan dan Yeonpyeong bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan [petugas] bawahan, ”katanya.

Menurutnya, aksi militer Korea Utara seperti ini selalu direncanakan dan dilakukan atas perintah Kim Jong-un.

Sebagai catatan, Kim Kuk-song termasuk di antara 30.000 pengungsi Korea Utara yang memberontak untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Korea Selatan.

Namun dari jumlah yang besar hanya sebagian kecil yang berani tampil dan menceritakan kisah sisi gelap yang ada di Korea Utara.

Baca Juga: Megawati Resmi Jadi Ketua Dewan Pengarah BRIN, Said Didu: Semoga Tak Jadi Lonceng Kematian Iptek di Indonesia

Menurutnya, kebijakan tertutup di Korea Utara, membuat semakin tinggi posisi Anda, tetapi semakin tinggi risiko Anda dan keluarga Anda terbunuh.

Ia pun memutuskan untuk pindah ke Korea Selatan pada tahun 2014.

“Meninggalkan negara saya, di mana kuburan dan keluarga nenek moyang saya [berada], dan melarikan diri ke Korea Selatan, yang pada saat itu bagi saya adalah tanah asing, adalah keputusan yang menyedihkan karena tekanan emosional,” katanya.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: The Vocket


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x