“Pembunuhan anak-anak kami adalah noda di dahi Israel. Israel memiliki semua kemampuan modern dan senjata canggih. Apakah sulit bagi mereka untuk mengakui bahwa yang dibunuh adalah anak-anak?” tambahnya.
Pada hari itu, foto Muhammad berteriak histeris dan mencoba merobek pakaiannya beredar luas.
“Momen tersulit dalam hidup saya adalah melihat anak saya dipotong-potong di kamar mayat bersama dengan keponakan saya. Mereka semua dipotong-potong,” kata pria itu.
Dia mengatakan keputusan pengadilan itu tidak masuk akal, mengingat bukti insiden yang ditangkap oleh laporan dan rekaman video.
Baca Juga: Pasukan Ukraina Sebut 20 Warga Sipil Telah Tinggalkan Azovstal, Evakuasi Segera Dilakukan
“Jika ini bukan kejahatan perang, apa itu kejahatan perang?” dia berkata.
Antara 8 Juli dan 26 Agustus 2014, serangan Israel di Gaza menewaskan 2.251 orang, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil, termasuk 299 wanita dan 551 anak-anak. Di pihak Israel, 66 tentara dan enam warga sipil tewas.
Pada 16 Juli 2014, serangan Israel menghantam kawasan pelabuhan di Gaza dekat tempat anak-anak Bakr bermain.
Serangan pertama membunuh salah satu dari mereka, yang kedua membunuh tiga lainnya ketika mereka mencoba melarikan diri.