Medvedev menyebut Amerika Serikat sebagai kerajaan yang telah menumpahkan darah ke seluruh dunia, mengutip sejarah pembunuhan penduduk asli Amerika, serangan nuklir AS di Jepang dan juga sejumlah perang mulai dari Vietnam hingga Afghanistan.
Upaya menggunakan pengadilan untuk menyelidiki tindakan Rusia di Ukraina, kata Medvedev, akan sia-sia dan berisiko menimbulkan kehancuran global.
Ukraina dan sekutu Baratnya mengatakan bahwa pasukan Rusia telah terlibat dalam kejahatan perang.
Putin telah melancarkan invasinya, yang menyebutnya sebagai "operasi militer khusus", untuk mendemiliterisasi Ukraina, membasmi apa yang dia katakan sebagai nasionalis berbahaya guna melindungi penutur bahasa Rusia di negara itu.
Ukraina dan sekutunya mengatakan bahwa Rusia telah melancarkan perampasan tanah bergaya kekaisaran, memicu konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Setelah gagal merebut ibu kota Kyiv lebih awal, Rusia kini tengah melancarkan perang untuk wilayah Donbas Ukraina, yang sebagiannya dikendalikan oleh proksi separatis Rusia.
Baca Juga: Alasan ACT di Garut Masih Aktif Beraktivitas Meski Izin Penggalangan Dana Dicabut Kemensos
Pada hari Minggu waktu setempat, Putin mengklaim kemenangan terbesarnya ketika pasukan Ukraina menarik diri dari provinsi Luhansk.
Pasukan Rusia kemudian melancarkan serangan untuk merebut provinsi tetangga Donetsk. Donetsk dan Luhansk terdiri dari Donbas.