Ungkapan bahwa bahasa Prancis adalah "rampasan perang" pertama kali diucapkan oleh penyair Aljazair Kateb Yacine.
"Saat di mana para politisi, intelektual, dan militan memperdebatkan penggunaan bahasa Prancis di kampus-kampus," kata Toumi.
Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 39 Sudah Ditutup, Simak Estimasi Pengumuman Hasil Seleksi
Yacine menganggap penggunaan bahasa Prancis sebagai lingua franca nasional Aljazair sebagai mesin politik neokolonial yang hanya melanggengkan keterasingan bangsa Aljazair.
“Saya yakin masalah pelik ini tidak perlu dipolitisasi, harus diserahkan kepada ahlinya,” kata Toumi seraya memperingatkan bahasa nasional sendiri, yaitu bahasa Arab.
Menurut Toumi, bahasa Arab juga menghadapi masalah serius, mulai dari sekolah dasar hingga universitas tidak mampu menguasainya.
Selama setahun terakhir, beberapa kementerian Aljazair telah melarang bahasa Prancis dalam korespondensi resmi mereka.
Bahasa Arab dan Tamazight, yang dituturkan oleh minoritas Amazigh (atau Berber), mungkin merupakan bahasa resmi Aljazair, tetapi baru-baru ini badan pemerintah mengadopsinya dalam komunikasi resmi.
Beberapa ahli percaya perkembangan ini juga harus dilihat dalam konteks ketegangan diplomatik antara Prancis dan Aljazair.