PR DEPOK – Pemerintah bayangan Myanmar menyebut bahwa sedikitnya 2.000 pejuang pro-demokrasi tewas dalam memerangi junta militer yang merebut kekuasaan tahun lalu.
Karena itulah, pemerintah bayangan Myanmar mendesak sekutu negara Asia Tenggara itu untuk memberikan bantuan militer.
Duwa Lashi La, penjabat presiden Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang terdiri dari sisa-sisa pemerintahan pemimpin terguling Aung San Suu Kyi dan lainnya, berbicara pada konferensi Reuters NEXT dari lokasi yang dirahasiakan di Myanmar.
“Kami menganggap kematian sebagai harga yang harus kami bayar,” kata Duwa Lashi La, seperti dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari Reuters.
Baca Juga: Berikut Cara Cek Penerima Manfaat BLT BBM dan BPNT Desember 2022 Online dengan HP dan KTP
Ia merupakan seorang mantan guru dan pengacara berusia tujuh puluhan yang meninggalkan rumahnya di Negara Bagian Kachin di Myanmar utara bersama keluarganya.
Militer telah mencap dia dan rekan-rekannya sebagai teroris dan melarang warga berkomunikasi dengan mereka, tetapi pemerintah bayangan itu mendapat dukungan luas.
Kelompok bersenjata sekutu yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat telah muncul di seluruh negeri.
Duwa Lashi La digambarkan sedang mengunjungi pasukan, termasuk mantan pelajar dan profesional yang dibawa ke hutan oleh tindakan keras militer, mengenakan jaket antipeluru dan helm.